Sebanyak 25 desa tidak lagi buang air besar (BAB) di tempat terbuka atau open defecation free (ODF). “Sampai dengan tahun 2022, telah ada 25 desa yang tidak lagi BAB di tempat terbuka atau ODF,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi.
Dalam upaya pencegahan penyakit bersumber lingkungan, peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) terus dilakukan dengan pemicuan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Dijelaskannya sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas tidak BAB sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar, serta mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. “Namun, untuk empat pilar STBM lainnya, yakni penyediaan air bersih rumah tangga, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga masih terus dilakukan pemicuan dan penggerakan masyarakat terkait hal tersebut,” ungkapnya.
Menurutnya, perlu dukungan dari masyarakat, pemerintah desa, dan kecamatan untuk menciptakan sanitasi yang layak dan penyediaan air bersih. Dengan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat mewujudkan desa menuju STBM. Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia pada umumnya adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa BAB di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya.
STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Pihaknya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan di bidang kesehatan, baik dari perangkat daerah, organisasi non pemerintah pihak swasta, maupun masyarakat. (yn/yit)