Jalan jembatan kayu ulin di perbatasan RT 02 dan RT 03, Kelurahan Raja Seberang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), makin parah. Puluhan titik lubang bertebaran di sepanjang jembatan dan mengancam pengguna jalan. Jalan jembatan sepanjang lebih dari 1 kilometer menuju pusat permukiman warga bantaran Sungai Arut tersebut dinilai sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Pasalnya setiap hari kendaraan roda 2 hilir mudik di jalan tersebut. Meski berbahaya namun masyarakat tetap memaksakan diri untuk melintas, mengingat jembatan itu merupakan akses masyarakat menuju tempat ibadah maupun menuju ke sekolah.
Warga setempat telah merasakan kondisi tersebut selama belasan tahun. Usulan melalui musrenbang maupun reses anggota DPRD Kobar telah disampaikan, namun belum terealisasi. Banyak korban berjatuhan di jembatan setinggi 1,5 meter itu, baik mengalami luka hingga meninggal dunia. Tokoh Pemuda Kelurahan Raja Seberang Muhammad Wardiman mengatakan, kondisi infrastruktur jauh dari perhatian pemerintah daerah.
“Jauh dari perhatian khusus oleh pemerintah maupun pemangku jabatan. Masih banyak jalan yang berlubang dengan kondisi papan jembatan yang hancur, bahkan sempat ada yang putus,” ungkapnya, Sabtu (2/9/2023). Kondisi tersebut memaksa masyarakat mengambil inisiatif untuk memperbaiki dengan gotong royong, namun kemampuan terbatas karena dilakukan secara swadaya. Ketimpangan pembangunan sangat mencolok antara kelurahan di bantaran sungai dan di perkotaan, padahal hanya dipisahkan oleh sungai yang tidak seberapa lebar dengan jarak tempuh tidak sampai 5 menit dengan perahu getek. “Ini sungguh ironis sebab puluhan tahun tetap saja seperti ini tanpa ada perhatian lebih dari pihak-pihak terkait,” keluhnya. Ia berharap revitalisasi infrastruktur bantaran sungai harus segera dilakukan, bukan hanya jembatan di tepi sungai yang menjadi prioritas tetapi jalan permukiman masyarakat yang lebih harus diperhatikan. “Jangan hanya nampak luar bagus tapi masyarakat untuk beraktivitas saja sulit, jadi harus terintegrasi antara penataan kawasan untuk kepentingan pariwisata dan untuk kepentingan masyarakat,” tegasnya.
Warga lainnya, Ratna Dewanti, mengaku bahwa usia jembatan yang sudah tua dengan tingkat mobilitas tinggi sudah tidak sepadan, pemerintah daerah melalui PUPR dan Dinas Perkim harus mencari jalan keluar terkait persoalan tersebut. “Itu akses penting, harus diperhatikan, ada sekolah, ada rumah ibadah, dan untuk masyarakat melintas setiap hari, jalan ini akses ekonomi utama masyarakat,”imbuhnya.
Lurah Raja Seberang Yaumil Bahsin menyampaikan, untuk mengatasi sementara, rencanannya akan dilakukan tambal sulam seperti sebelumnya, dengan mengganti papan yang hancur dengan yang baru. “Hari Jumat ini nanti kita kembali gotong royong untuk penanganan sementara,” pungkasnya. (tyo/yit)