Sejumlah petugas pemadam yang menjadi pasukan garis depan penanganan kebakaran hutan dan lahan, mulai terserang berbagai penyakit. Sebagian besar menderita hipertensi setelah bertempur sengit mengendalikan amukan api di berbagai lokasi. Selama dua hari ini, sebanyak 33 tenaga kontrak dan 25 PNS di BPBD Kotim mendapatkan layanan pemeriksaan kesehatan dari Dinas Kesehatan Kotim. Personel BPBD diperiksa bergantian. Mereka yang tidak bertugas ke lapangan menyempatkan diri memeriksa kesehatannya.
”Selama sebulan ini beberapa personel ada yang sakit. Biasanya mereka minta izin, mungkin karena faktor kelelahan saja. Setelah sehat, mereka kembali lagi bertugas,” kata Arief, Sekretaris BPBD Kotim, Rabu (6/9). Kepala Dinkes Kotim Umar Kaderi mengatakan, pemeriksaan kesehatan kepada personel BPBD Kotim dilakukan untuk memastikan kesehatan tim pemadam kebakaran tetap fit dan sehat selama bertugas di lapangan. ”Kemarin ada 33 orang yang diperiksa kesehatannya, rata-rata keluhannya batuk, iritasi mata, banyak juga yang hipertensi. Hari ini yang diperiksa ada lima orang rata-rata keluhannya sama, batuk, hipertensi. Kami berikan vitamin tablet, obat batuk, dan vitamin injeksi yang disuntik,” ujar Umar.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) melakukan berbagai upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Salah satunya dengan inovasi menggunakan zat adiktif yang disebut racun api pada lahan yang terbakar. ”Kami lakukan pemadaman atau pendinginan menggunakan racun api. Racun api digunakan untuk percepatan pemadaman di wilayah gambut,” kata Kepala BPBD Kotim Multazam. Lokasi uji coba berada di Jalan Pramuka. Tim beraksi di kawasan tersebut karena termasuk wilayah yang produksi asapnya masih tinggi. Dalam uji coba yang dilakukan, pihaknya menggunakan 20 liter racun api. ”Sementara kami gunakan empat tangki,” imbuhnya. Di Jalan Pramuka, kata Multazam, bekas kebakaran lahan digunakan untuk pendinginan menggunakan racun api. Bahan itu memiliki partikel yang lebih kecil dibandingkan air, sehingga dapat dengan cepat membunuh oksigen dan mematikan api.
”Menurut keterangan dari Manggala Agni yang pernah menggunakan, setelah dicampur air dengan perbandingan 1 liter racun api dengan 1.000 liter air, cairan akan menjadi busa bila disemprotkan. Busa ini menghalangi gambut mendapatkan oksigen. Apalagi di daerah yang sering terjadi kebakaran berulang-ulang, sehingga tidak mudah terbakar kembali,” katanya. Berdasarkan pengalaman pihaknya di lapangan, semprotan air terkadang tidak begitu berdampak pada kepala api dan hanya lewat begitu saja. Namun, dengan cairan racun api, membuat lebih cepat mematikan api, sehingga diharapkan efektif dalam proses pemadaman api di lahan gambut.
”Sedang kami coba. Kalau memang efektif, akan kami coba menggunakannya di setiap operasi pemadaman kebakaran lahan,” katanya, seraya menambahkan, efek samping racun api hanya terasa gatal apabila mengenai kulit tangan. Namun, bisa dicuci menggunakan sabun untuk menghentikan efeknya.
Meski awalnya hanya berniat uji coba melakukan pendinginan di Jalan Pramuka, tak disangka saat itu terjadi kemunculan api di titik baru yang hampir mendekati permukiman warga. BPBD langsung melakukan pemadaman menggunakan racun api tersebut. Di tengah gencarnya upaya pemadaman, hujan ringan kembali mengguyur Kota Sampit dan sekitarnya. Hal itu cukup membantu meredam api yang terus membara selama sebulan ini. Titik panas berkurang drastis dari sebelumnya mencapai ratusan titik, menjadi 12 titik, kemarin. ”Sudah dua hari ini hujan. Siang hari ini yang lumayan hujannya agak lama. Ini cukup membantu menurunkan titik panas berkurang menjadi 12 titik dan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) juga berkurang nilainya menjadi 65 PM 2,5,” kata Multazam. (hgn/yn/ign)