SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Selasa, 05 Desember 2023 12:42
Belum Puncak Musim Hujan, Sampit Sudah Dikepung Banjir
TERGENANG : Sejumlah titik jalan di Kota Sampit yang tergenang banjir usai hujan deras melanda hingga belasan jam, Senin (4/12/2023). (HENY/RADAR SAMPIT) Berita ini telah tayang di RadarSampit.com https://www.radarsampit.com/berita/belum-puncak-musim-hujan-sampit-sudah-dikepung-banjir.html | RadarSampit.com

Hujan deras yang mengguyur selama kurang lebih 15 jam mengakibatkan Kota Sampit dikepung banjir. Sejumlah titik yang kebanjiran. Diantaranya di Jalan HM Arsyad, Pelita, Suprapto Selatan, Anggur II, Anggur III, Pinang 4, Anang Santawi, DI Panjaitan, Cristopel Mihing, Walter Condrat, Gunung Kelud, dan sejumlah titik di Jalan Tjilik Riwut. Pantauan Radar Sampit, hujan deras disertai kilat dan guntur terjadi Minggu pukul 23.30 WIB. Hujan deras sempat mengakibatkan listrik padam di wilayah Baamang dan sekitarnya selama 30 menit. Hingga Senin (4/12/2023) pagi, cuaca masih saja hujan dengan intesitas ringan hingga sedang. Bahkan, hingga siang hari cuaca masih saja gerimis dan baru benar-benar mereda sekitar pukul 14.00 WIB.

Akibat hujan deras, sejumlah titik kebanjiran. Genangan banjir cukup parah terjadi di sekitar Jalan DI Panjaitan, HM Arsyad, Pelita, Suprapto Selatan dan Anggur III. Kedalaman banjir berkisar 20-30 cm. Sejumlah pengendara terlihat mengurangi kecepatan sehingga mengakibatkan ruas jalan terutama di perempatan Jalan Pelita-Suprapto mengalami kemacetan dari pagi hingga siang.

Seorang pemuda berkendara motor bebek juga mengalami mogok usai melewati Jalan Anggur III yang cukup dalam terendam. Pengaringan atau saluran primer (drainase) di Jalan Tjilik Riwut,Jalan Sampoerna, RA Kartini, Pemuda pun terpantau nyaris meluap mencapai garis tepian jalan. Hampir semua pengendara dari pagi hingga menjelang siang mengenakan mantel jas hujan untuk melindungi dari air hujan. Hujan yang cukup lama ini juga membawa keberkahan bagi penjual jas hujan. “Dari pagi tadi hujan deras, sudah 10 jas hujan orang mencari jas hujan. Saya jual dari harga termurah Rp 20 ribu sampai Rp 80 ribu kualitas bahan lebih tebal. Modelannya juga banyak, ada langsungan berdaster dan ada yang digunakan seperi jaket dan celana panjang. Alhamdulillah, walaupun jualan yang lain enggak laku, jas hujan laris terjua,” ujar Fitriana Pedagang Mantel Jas Hujan di Jalan Pelita. Di sisi lain, sebagian besar warga Kota Sampit terutama yang tinggal di dataran cukup rendah cukup kerepotan menguras dan membersihkan rumah yang kemasukan air. Rumah lama yang struktur bangunanya belum ditinggikan dan lebih rendah dari jalan pun harus menerima keadaan banjir yang menggenangi pekarangan rumah hingga kedalam rumahnya.

Salah satu warga Baamang, Hadi, mengatakan bahwa rumahnya terendam air hingga  30 centimeter. Dia tidak mengira air hujan bisa masuk rumah, padahal drainase sudah dibersihkan dan dinormalisasi. ”Banjir masuk dalam rumah sampai ke ruang tamu, kursinya basah semua,’kata Hadi. Sementara itu Mulyono terpaksa mendorong kendaraan karena mogok saat menerjang banjir di Jalan Suprapto Selatan. Motornya mogok lantaran busi terendam air. “Businya terkena air, jadi mogok,” ucapnya sambil mendorong motor di tengah-tengah banjir.

Mulyono pun berniat mencari bengkel terdekat agar kuda besinya bisa dinyalakan kembali. Sedangkan Kurniawati, warga Jalan Kopi Selatan, mengaku rumahnya mulai kemasukan air pada pukul 02.00 WIB dini hari. Hujan deras dan air pasang membuat seluruh bagian rumahnya banjir hampir selutut orang dewasa. “Tadi malam hujan lebat dan air pasang. Air mulai naik sekitar jam 2 tengah malam. Mudah-mudahan nanti malam tidak hujan lagi, soalnya dulu pernah juga sampai atas lutut banjirnya,” ucapnya. Kondisi ini menyebabkan aktivitasnya terganggu. Kurniawati yang memiliki anak usia sekolah merasa kesulitan dengan kondisi rumahnya yang terendam. Untuk sementara Kurniawati beserta keluarganya mengungsi ke musala terdekat. “Sementara tidur di musala, karena aktivitas sehari-hari sulit. Anak-anak juga sekolah, masak juga bagaimana dapur banjir,” sebutnya.

Banjir yang menghambat aktivitas sehari-hari juga dialami oleh Susanto, warga Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Tempat usahanya terpaksa tutup karena ruas jalan menuju tempat usahanya terendam banjir. “Tutup dulu sementara, kalau warungnya sih tidak banjir, cuman jalannya ini banjir, yang beli juga biasanya sepi kalau banjir seperti ini,” tandasnya. Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PUPRPRKP) Kotim Kaspulzen Heriyanto mengatakan upaya pengendalian banjir sudah dilakukan dengan melakukan normalisasi saluran drainase di Sei Baamang yang berada dipusat kota. “Sudah sebulan lebih pekerjaan normalisasi dikerjakan di Sei Baamang kurang lebih sepanjang 2 km yang sudah dikeruk dan dibersihkan. Pekerjaan masih terus berlanjut sampai ke saluran air dekat Puskesmas Baamang II. Pekerjaan normalisasi menggunakan alat berat ekskavator amphibi yang multi fungsi dapat digunakan di darat dan di air,” kata Kaspulzen Heriyanto.

Persoalan banjir di perkotaan Sampit juga sering kali dibahas dalam rapat. Namun, ada beberapa titik ruas jalan yang berada di dataran rendah rawan terendam banjir. “Setelah kami pelajari, sejumlah titik di Jalan HM Arsyad, Anggur II dan III, Suprapto Selatan, Pelita dan sekitarnya itu memang datarannya rendah dan semacam seperti cekungan dilihat dari peta, apalagi ditambah hujan yang terjadi hari ini durasinya cukup lama, sehingga genangan banjir cukup dalam di areal itu. Itu yang saat ini sedang kami kaji, apakah nanti perlu dibuat saluran pembuangan air ke beberapa arah, ada yang ke arah timur menuju Sei Mentaya dan ke arah selatan menuju Sei Mentawa, sehingga air bisa lekas mengalir lancar,” ujarnya.

Lebih lanjut Kaspulzen mengatakan, penanganan saluran drainase difokuskan  pada 18 titik lokasi yang kerap tergenang banjir di Kota Sampit diantaranya di Jalan Mangga, Suprapto, Jambu, Pangeran Antasari, DI Panjaitan, Jalan Borneo, Pelit, Manggis, RA Kartini, Kendan Sandan, Semeru, dan sejumlah titik lainnya.

“Luas genangan di perkotaan Sampit mencapai 9,53 Ha dengan ketinggian berkisar 5 -30 cm dengan lamanya genangan 1-4 jam tergantung lamanya curah hujan. Frekuensinya terjadi 3-5 kali dalam setahun terutama saat musim hujan seperti saat ini,” tandasnya. Sementara itu anggota DPRD Kotim Khozaini menyebutkan, musim hujan sudah tiba. Hasil dari pekerjaan pembenahan dan pengerukan drainase selama ini akan diketahui saat memasuki musim hujan. ”Hasil dari normalisasi drainase dengan alat berat yang digunakan  akan diuji coba dengan musim hujan ini. Kalau banjir masih seperti sebelumnya di wilayah yang seharusnya sudah bebas dari genangan air,  artinya pengerukan dengan excavator  ampibi itu tidak efektif juga,” kata Khozaini. Dia mengakui persoalan banjir di musim hujan terjadi setiap tahun dan selalu terulang. Perlu terobosan supaya banjir ini tidak terjadi lagi. “Karena capek mengurus rumah yang kebanjiran. Tidak hanya cukup sehari, tetapi bisa sampai seminggu untuk membereskan perabotan yang terendam,” kata dia.

Khozaini berharap upaya menormalisasi saluran pembuangan yang dilakukan pemerintah ini bisa menyelesaikan persoalan tersebut. “Kita akan selalu dukung kebijakan pemerintah tidak hanya segi politik tetapi kebijakan anggaran untuk mengentasi soal banjir dalam kota Sampit ini,” tegasnya. (hgn/ang/yn/yit)

loading...

BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers