Sejauh ini persoalan yang mendasar dan mendesak untuk diselesaikan pemerintah yakni bidang kesehatan dan transportasi udara. Dua persoalan ini perlu mendapatkan perhatian serius. “Persoalan kita memang di bidang kesehatan, kita hanya punya rumah sakit tunggal dan pemerintah daerah seakan-akan tidak bisa menggaet investor rumah sakit. Padahal beberapa waktu lalu sudah ada yang melirik, tetapi seiring waktu hilang begitu saja. Entah dimana kendalanya, juga tidak paham,” kata politikus Hanura, Hari Rahmad Panca Setya.
Dia menilai kapasitas RSUD dr Murjani tidak sebanding dengan jumlah penduduk Kotim yang hampir setengah juta. “Kita bisa lihat bagaimana aspirasi masyarakat kepada pemerintah daerah di media sosial berkaitan dengan rumah sakit. Yang namanya sakit perlu dilayani secara cepat dan maksimal, sebab ini berkaitan dengan nyawa seseorang yang tidak bisa disepelekan,” kata dia.
Selain persoalan fasilitas kesehatan, transportasi udara di Kotim juga menjadi masalah pelik. Transportasi udara di Kotim mengalami kemunduran dan kalah jauh dibandingkan Pangkalan Bun. ”Kita lihat saat ini Sampit hanya dilayani maskapai tunggal, mengakibatkan harga tiket seenaknya saja. Akibatnya masyarakat memilih terbang lewat Palangka Raya atau Pangkalan Bun. Ini dampaknya tidak baik untuk Kotim yang notabene sebagai kabupaten termaju di Kalteng,” katanya.
Dia menyarankan dua isu penting ini jadi pembahasan mendalam bagi eksekutif dan legislatif di Kotim. Karena ini adalah kebutuhan mendesak yang harus mendapatkan penanganan secepatnya. “Isu-isu seperti ini harus cepat direspon, serta bagaimana solusinya sehingga masyarakat bisa tahu pemerintah bekerja secara aspiratif,” tegasnya. Munculnya aspirasi publik mengenai kehadiran rumah sakit swasta berawal dari banyaknya pasien yang antre pelayanan di RSUD dr Murjani. Antrean menumpuk dari pagi hingga sore hari. (ang/yit)