Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD), hingga Senin (15/1) yang dirawat di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun masih 50 orang. Angka itu masih tergolong tinggi dibandingkan minggu sebelumnya. Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachrudin mengatakan, 50 pasien itu tidak hanya dari Kabupaten Kobar saja tetapi dari daerah luar Kobar juga ada. “Kasusnya masih tinggi, dibanding sebelumnya masih dibawah 50 orang pasien yang dirawat,”ujarnya, ketika dimintai data usai rapat paripurna di DPRD Kotawaringin Barat (Kobar).
Sementara itu, tingginya kasus DBD ini, memantik perhatian ketua DPRD Kobar M Rusdi Gozali, menurutnya, dua bulan terakhir ini sudah banyak masyarakat yang terdampak. “DBD ini tidak ada obatnya, perlu peran semua stackholder untuk memeranginya. Wabah DBD ini berada dipenghujung tahun dan sudah saya konfirmasi ke Kepala Dinas Kesehatan, ternyata anggarannya tidak ada untuk ini. Saya sangat prihatin, ternyata kita tidak siap,”ujarnya dalam rapat paripurna tersebut.
Kejadian ini menurut Rusdi perlu dijadikan evaluasi, bahwa di tahun 2025 harus diberikan anggaran yang cukup dalam rangka pencegahan DBD ini. “Hal ini sangat menyedihkan bagi masyarakat kita sekarang ini dihadapkan ada fenomena mewabahnya DBD. Saya hampir satu Minggu ini sakit dan berada di RSUD. Saya tahu betul kondisi masyarakat yang sakit, bahkan saat DBD mewabah ternyata kita tidak siap,”tuturnya. Ia berharap agar ini menjadi kesepakatan bersama untuk membendung DBD agar tidak meluas.”Ini menjadi catatan kita para anggota DPRD,”tegasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinkes Kobar Achmad Rois mengatakan, kasus DBD yang meningkat belakangan ini diduga karakter siklus lima tahunan. Tidak hanya di Kobar tetapi di daerah lain juga. Menyikapi hal ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Kobar, mengaku telah melakukan beberapa hal antara lain Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan tujuan memberantas jentik, kemudian juga larvasida dan upaya terakhir adalah penyemprotan atau fogging.
Termasuk juga telah melakukan Ultra Low Volume (ULV), dengan cara menyemprot kabut mengandung pestisida yang dikeluarkan dengan menggunakan mobil dan itu tujuannya memberantas nyamuk dewasa. “Kami mengimbau masyarakat juga berperan aktif dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk termasuk kebersihan lingkungan,”ungkap Rois.
Disinggung soal keluhan masyarakat terkait lambatnya fogging, yang dilakukan pihak Dinas Kesehatan, menurut Rois penyemprotan atau fogging memerlukan penelitian epidemologis terlebih dahulu tidak serta merta ketika ada kasus langsung disemprot di lokasi kediaman pasien. Penelitian epidemologis ini untuk menyimpulkan riwayat penularan DBD. “Kita harus simpulkan transmisi penularannya di mana, karena aktivitas pasien bisa dari mana-mana. Jangan-jangan gigitannya atau penularannya dari luar daerah setempat, kemudian sakitnya setelah di rumah. Kalau sudah bisa disimpulkan baru ambil langkah penyemprotan,”pungkasnya. (sam/gus)