SAMPIT – Setelah tiga bulan kekeringan dan kabut asap, Sampit akhirnya diguyur hujan kemarin (12/10). Meski hanya sebentar dan dalam intensitas ringan, hujan disambut gembira warga.
”Horeee, akhirnya hujan juga, semoga asap berkurang. Lumayan lebat juga, sayangnya cuma sebentar,” kata Nia, warga Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.
Pantauan koran ini, hujan turun tidak merata. Misalnya di Jalan Achmad Yani, MT Haryono, dan beberapa kawasan di dalam kota Sampit tampak hujan kurang lebih 30 menit, mulai pukul 14.45 hingga 15.15 WIB. Sementara di pinggiran kota hanya mendung sepanjang hari.
”Di sini tidak turun hujan, hanya mendung dan petir. Bahkan, asap masih terlihat,” kata Yono, warga di Kelurahan Baamang Hulu, Kecamatan Baamang.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara H Asan Sampit menyatakan hujan di Kotim tidak merata, dan masih dalam intensitas rendah. Potensi hujan juga masih akan terjadi dalam beberapa hari belakangan ini.
”Dalam dua hari ini masih terjadi hujan, besok (hari ini) masih ada hujan juga, tetapi intensitasnya rendah,” kata Kepala BMKG Bandara H Asan Sampit Yulida Warni.
Menurutnya, hujan dalam dua hari ini belum dapat memadamkan titik panas di Kotim, namun dapat sedikit mengurangi kebakaran lahan. Diprediksi musim hujan baru akan benar-benar datang awal November nanti. Berdasarkan pantuan satelit NOAA, kemarin, jumlah titik panas di Kotim nihil alias tidak terdeteksi. Jarak pandang berkisar antar 300 meter hingga 800 meter hampir sama seperti sehari sebelumnya.
”Biasanya setelah hujan, kabut asap memang lebih tebal, karena suhu panas menguap,” katanya.
Sementara water bombing yang harusnya dilaksanakan kemarin, mengalami pembatalan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) beralasan, pihaknya masih menyiapkan titik koordinat pengeboman air. Pasalnya, titik koordinat yang kemarin diserahkan sudah berhasil dipadamkan.
”Rencananya hari ini (kemarin) helikopter MI-8 akan melaksanakan water bombing, tetapi kalau yang dipakai masih titik koordinat lama, jadinya tidak efektif,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kotim Sutoyo.
Menurut Sutoyo, water bombing harusnya dilakukan di Kecamatan Seranau dan Mentaya Hilir Selatan (MHS). Hal ini dikarenakan dua wilayah tersebut sulit dijangkau oleh petugas pemadam kebakaran, sehingga dengan adanya water bombing, tentu dapat mengurangi kebakaran lahan yang terjadi.
”Sekarang ini kebakaran lahan jumlahnya berkurang, tetapi sulit dijangkau, karena letaknya minimal 200 meter dari jalan,” tandasnya.
Seperti diketahui, water bombing merupakan langkah terakhir untuk mengurangi kabut asap. Pasalnya, meski jumlah kebakaran lahan (karhan) sudah berkurang, tetapi ada beberapa titik api yang tidak bisa dijangkau, karena letaknya jauh. (tha/yit)