SAMPIT – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) kekurangan anggaran dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan di Kotim. Hal itu disebabkan anggaran tanggap darurat asap yang telah diajukan ke Pemerintah Pusat belum juga dikucurkan.
”Memang sempat ada wacana untuk menutup posko, tetapi darurat kebakaran lahan dan hutan tetap diperpanjang sampai 15 November nanti,” kata Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, Jumat (16/10).
Menurut Sutoyo, pada rapat koordinasi tersebut, Kepala BPBD Kotim Rukmana Priyatna meminta agar posko tanggap darurat kabut asap dihentikan karena ketiadaan anggaran. Namun, usulan tersebut tidak disetujui Komandan Kodim 1015 Sampit sekaligus Ketua Tim Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Enda M Harapap yang meminta posko tetap dibuka.
Oleh karena itu, rapat memutuskan memperpanjang masa tanggap darurat sampai 5 November nanti. Mengenai besarnya anggaran tanggap darurat, Sutoyo enggan berbicara lebih lanjut. Dia meminta langsung ditanyakan ke Sekda Kotim Putu Sudarsana.
”Kalau masalah anggaran, saya tidak berani, karena ini bukan wewenang saya. Tanyakan langsung saja sama Pak Sekda,” katanya. Saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Putu tidak merespons.
Seperti diketahui, permasalahan anggaran tanggap darurat yang tidak kunjung dicairkan ini, juga dikeluhkan Pejabat (Pj) Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Hadi Prabowo, beberapa waktu lalu. Besaran angaran yang diusulkan untuk tanggap darurat asap akibat kebakaran lahan dan hutan sebesar Rp 23 miliar.
Sebesar Rp 9 miliar dialokasikan untuk Pemprov Kalteng dan Rp 14 miliar lainnya akan dibagikan kepada sepuluh kabupaten yang terkena dampak kebakaran hutan dan lahan. Sepuluh kabupaten yang akan mendapatkan dana tanggap darurat dari Pemerintah Pusat, yakni Kotim, Kobar, Lamandau, Barito Timur, Barito Utara, Pulang Pisau, Murung Raya dan Katingan.
Rincian penggunaan Rp 23 miliar tersebut, di antaranya operasional posko siaga darurat bencana, operasional pemadaman di lapangan, seperti pembelian bahan bakar minyak dan konsumsi petugas, dan pengadaan venom (sejenis water tank).
Pantauan koran ini, kabut asap kembali pekat. Bahkan jarak pandang dari pukul 07.00 hingga 10.00 hanya mencapai 100 meter. Jarak pandang baru membaik sekitar pukul 11.00 WIB, yakni mencapai 100 meter dan tertinggi hanya mencapai 600 meter. Lebih parah dibanding sehari sebelumnya dengan jarak pandang tertinggi mencapai 2.500 meter.
Pantauan satelit NOAA, titik panas tercatat sebanyak 23 titik, menurun drastis dibanding sebelumnya yang hanya mencapai 314. Titik panas itu tersebar di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan 6 titik, Mentaya Utara 4 titik, Pulau Hanaut 6 titik dan Teluk Sampit 7 titik.
”Tiga hari ini kabut asap memang parah, sudah berangkat sekolah siang sama saja kabutnya seperti pagi hari. Nanti sampai sekolah, kepala pusing. Harusnya libur saja,” keluh Jhorghi, salah seorang siswa SMAN 1 Sampit. (tha/ign)