SAMPIT – Ruas jalan Trans-Kalimantan poros selatan, khususnya di Jalan Tjilik Riwut kilometer lima, Minggu (6/9), tertutup asap. Kebakaran lahan yang terjadi di kawasan itu, tepatnya di samping SMPN 9 Sampit, menyebabkan jarak pandang hanya mencapai setengah meter.
Pengendara roda dua kesulitan melintas karena harus menahan nafas saat melewati jarak sekitar 250 meter. Pengendara juga mengeluhkan asap yang membuat mata perih. ”Nekat saja lewat, ternyata kabut asapnya tebal. Kabut ini berbeda karena baru terbakar, jadi asapnya perih di mata, bikin batuk dan sulit bernafas,” kata Darmo, pengendara yang melintas.
Sementara itu, Guntur, warga Perumahan Mentaya Permai di sekitar lokasi kebakaran mengatakan, luasan lahan yang terbakar sekitar tiga hektare. Lahan itu mulai terbakar sejak Sabtu (5/9), sekitar pukul 15.00 WIB.
”Waktu baru terbakar Sabtu kemarin, yang terlihat berasal dekat gudang aki. Asapnya tidak seperti ini, sekarang (kemarin, Red) sejak pukul 03.00 WIB pagi, asap mulai pekat dan seperti ini jadinya. Jika melintasi jalan ini (Tjilik Riwut) harus menyalakan lampu, jika tidak bisa terjadi tabrakan. Jarak pandang minim sekali,” katanya.
Guntur menuturkan, petugas pemadam kebakaran telah berupaya memadamkan api setelah dihubungi warga, namun asap justru bertambah pekat hingga sore. ”Pemadam pada Sabtu, datang satu kali dan hari ini (Minggu, Red) pagi dan sore juga datang,” katanya.
Menurut Guntur, api juga memutuskan kabel listrik sekitar sepanjang 200 meter hingga terjadi pemadaman. ”Kabel listik putus, jadi di perumahan padam sekarang ini. Kami tidak bisa memadamkan api, jadinya sekitar sepanjang 250 meter jalan ini tertutup kabut asap,” katanya.
Penerbangan Terancam
Sementara itu, kabut asap akibat kebakaran lahan di Sampit dikhawatirkan bertambah parah. Jika itu terjadi, akan mengancam lalu lintas penerbangan dari dan ke Sampit.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kotim Fadlian Noor mengatakan, dalam bulan ini sudah banyak penerbangan yang tertunda akibat asap. Agar tak semakin parah, Dishubkominfo berharap tak ada lagi kegiatan pembakaran lahan.
”Hentikan kegiatan membakar lahan, kalau tidak aktivitas transportasi kita akan lumpuh karena terganggu asap,” katanya.
Dia menjelaskan, kondisi cuaca dan jarak pandang sangat berpengaruh besar terhadap aktivitas penerbangan. Kalau jarak pandang 1.000 meter ke bawah, pilot tak bisa berbuat banyak. Tentunya ini sangat mengancam keselamatan.
”Siapa pun orangnya, hentikan membakar lahan, karena ini akan berdampak terhadap aktivitas penerbangan,” katanya.
Sampai saat ini, asap di Sampit memang belum mengganggu jarak pandang pilot. Hanya saja, penerbangan dari bandara asal yang kerap tertunda karena asap. Hal ini berpengaruh terhadap jadwal penerbangan melalui Bandara H Asan yang bisa tertunda 2-3 jam.
Informasi yang diperoleh Dishubkominfo, penerbangan Minggu (6/9) terbilang lancar. Hanya rute dari Ketapang, Kalimantan Barat dan Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat yang tertunda karena ketebalan asap tak aman bagi penerbangan di bandara itu.
”Penerbangan dari Pontianak melalui Ketapang, Kalbar, ke Pangkalan Bun agak terganggu. Untung saja geografis Sampit dekat laut, sehingga menjelang siang angin cukup kencang, asap pun mampu digeser,” terangnya.
Pekan ini asap kembali menebal di Kota Sampit, setelah sempat berkurang karena terjadi hujan. Hampir setiap hari kebakaran lahan selalu terjadi. Daratan Kotim sebagian besar merupakan lahan gambut, memperparah kondisi ini, sehingga menciptakan banyak asap.
Akibat dari kabut asap, penerbangan dari dan ke daerah itu pun terancam. Apalagi saat ini di Kotim hanya ada satu maskapai penerbangan yang beroperasi. Otomatis jika pesawat mengalami kendala dari bandara asal, maka penumpang pun tak punya pilihan lain selain menunggu. (rm-66/oes/ign)