SAMPIT – Kepekatan kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Kota Sampit semakin parah. Jarak pandang pada pagi hari hanya mencapai 5 meter. Kondisi ini rawan memicu kecelakaan di jalan raya.
”Pagi hari pukul 06.00, sulit sekali berkendara. Harus membunyikan klakson kalau menggunakan sepeda motor dan jalan tidak bisa lebih dari 20 km per jam,” kata Ahmadianoor, warga Kecamatan Mentawa Baru Kepatang, kemarin (18/10).
Hal serupa dirasakan warga lainnya. Warga memilih mengurangi aktivitas di luar ruangan. Kalau pun berada di luar rumah, mereka terpaksa menggunakan masker. ”Satu kali tarikan napas saja sudah batuk-batuk,” kata Marhan, warga di pesisir Sungai Mentaya.
Di Sungai Mentaya, kelotok dan feri penyeberangan terpaksa harus menunggu kabut asap menipis untuk bisa melayani penyeberangan dari dan ke Kelurahan Mentaya Seberang, Kecamatan Saranau. Tebalnya asap ini juga berimbas terhadap aktivitas warga pada kegiatan car free day di Taman Kota Sampit. Tempat yang biasanya dipenuhi warga berolahraga itu, terlihat sunyi.
Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandara H Asan Sampit, jarak pandang pada pukul 04.00-05.00 WIB sejauh 20 meter. Namun, memasuki pukul 06.00 WIB, jarak pandang semakin pendek.
Hal itu menimbulkan pertanyaan, mengingat titik panas yang terpantau di Kotawaringin Timur pada pukul 05.00 WIB hanya dua titik yaitu di Kecamatan Teluk Sampit. Sementara itu, titik panas di kabupaten tetangga, yakni Katingan juga hanya terdeteksi 1 titik.
Titik panas yang banyak justru terdapat di Kabupaten Seruyan, yakni 59 titik yang tersebar di Kecamatan Seruyan Hilir 45 titik dan Seruyan Hilir Timur 14 titik. Kabupaten Seruyan yang merupakan pesisir, wilayahnya berbatasan langsung dengan Kotawaringin Timur.
Di sisi lain, warga Kota Sampit dan Kalteng pada umumnya, mempertanyakan keseriusan pemerintah pusat dalam mengatasi kebakaran lahan dan bencana asap yang terjadi. ”Hanya karena bola Jakarta siaga satu, bencana asap di Sumatera dan Kalimantan siaga berapa,” sindir warga melalui meme yang tersebar di sosial media.
Pendapatan Agen Menurun
Lumpuhnya penerbangan di Bandara H Asan Sampit selama sekitar sebulan ini, membuat pendapatan pengelola agen travel berkurang. Pasalnya, mereka memilih tidak menjual tiket pesawat dulu karena tidak pastinya penerbangan.
”Kalau yang dari Sampit enggak berani jual tiket, karena enggak pasti kapan penerbangan sudah mulai dibuka,” kata Maya, salah seorang pemilik agen travel di Jalan Arjuno.
Menurut Maya, jika terjadi pembatalan penerbangan, pembeli selalu menyalahkan agen. Padahal, penentuan kondisi layak terbang dilakukan pihak Bandara H Asan Sampit. Belum lagi jika terjadi pembatalan, agen wajib mengembalikan uang pembelian tiket pesawat.
”Lebih baik enggak jual dulu, soalnya nanti kalau batal, harus refund (pencairan kembali uang ticket yang batal berangkat). Lebih baik tunggu kepastian saja dari pihak maskapai,” katanya.
Seperti diketahui, pekan lalu Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Kotim berencana mengaktifkan kembali penerbangan di Bandara H Asan Sampit. Hal ini karena kondisi kabut asap mulai menipis. Namun, rencana tersebut gagal, karena asap kembali pekat.
”Kami tidak bisa memaksa, karena memang kondisi kabut asap masih berbahaya bagi penerbangan,” kata Kepala Dishubkominfo Kotim Fadliannoor. (oes/tha/ign)