SAMPIT – Pemkab Kotim mengambil sejumlah langkah terkait kabut asap yang masih pekat. Evakuasi terhadap warga yang rentan terkena infeksi saluran pernapasan akut akan dilakukan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim telah menyediakan tempat evakuasi di Puskesmas Baamang Unit II.
”Kalau ada warga yang susah bernapas, terkendala kabut asap di sekitar rumahnya, kami menyediakan ruangan di Puskesmas Baamang Unit II,” kata Kepala Dinkes Kotim Faisal Novendra Cahyanto, Selasa (20/10).
Menurut Faisal, ada dua ruangan yang disiapkan untuk tempat evakuasi. Ruangan tersebut dapat menampung puluhan orang dengan fasilitas AC, kamar mandi, dan tabung oksigen. ”Evakuasi dapat dilakukan petugas medis dan ini yang memerintahkan instansi terkait. Kami hanya melaksanakan saja,” ujarnya.
Faisal menjelaskan, pekan lalu jumlah penderita ISPA di Kotim menurun, yakni mencapai 607 orang, lebih sedikit dibanding sebelumnya yang sebanyak 620 orang. Dia memprediksi jumlah penderita ISPA pekan ini bertambah lagi karena kabut asap semakin pekat.
”Minggu ini penderita ISPA bisa bertambah, tetapi kita semua berharap agar kabut asap ini segera berakhir,” ucapnya.
Sementara itu, Bupati Kotim Supian Hadi memastikan water bombing akan dilaksanakan pekan ini. Namun, kepastian soal waktunya belum ditentukan. Pengeboman air rencananya tidak hanya dilakukan helikopter, tetapi juga dibantu pesawat angkatan udara. Ini dimaksudkan agar kebakaran lahan yang tidak bisa dijangkau dapat teratasi.
”Saat ini, Bandara H Asan sedang menyiapkan landasan untuk pesawat dan helikopter. Kami pastikan water bombing dilaksanakan pekan ini. Harinya kita tunggu kepastian dari pilot,” katanya.
Menurut Supian, rencananya water bombing akan dilakukan di Kecamatan Pulau Hanaut, Teluk Sampit, Seranau, dan Mentaya Hilir Utara. Hal ini dikarenakan ke empat wilayah tersebut masih sering terjadi kebakaran.
Mengenai rencana ditutupnya posko kebakaran hutan dan lahan karena kekurangan dana, Supian membantah permasalahan tersebut. Dia menyebut, selama ini anggaran dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum cair, tetapi masih dapat menggunakan dana talangan dari Pemkab Kotim.
”Siapa bilang kekurangan dana, masih cukup. Ada dari pemerintah daerah, terpenting kita tangani dulu kebakaran hutan dan lahan,” tegasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Rukmana Priyatna mengatakan, pihaknya memang telah mengajukan anggaran penanggulangan kebakaran hutan dan lahan ke BNPB Provinsi Kalteng sebesar Rp 1,8 miliar. Namun, dari anggaran tersebut yang berhasil dikabulkan hanya sekitar Rp 200 juta.
”Kalau memang menunggu dari pusat memang kurang, tetapi ada dana talangan dari kabupaten dan saat ini 101 posko tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan tetap bekerja,” ujarnya.
Pantauan koran ini, kabut asap kembali pekat. Jarak pandang pada pukul 07.00 hanya mencapai 5 meter dan tertinggi hanya mencapai 1000 meter. Pantauan satelit NOAA, titik panas sebanyak 96 titik, lebih banyak dibanding sebelumnya yang hanya 2 titik. Titik panas itu tersebar di Kecamatan Cempaga 5 titik, Kotabesi 7 titik, Mentawa Baru Ketapang 4 titik, Mentaya Hilir Selatan 18 titik, Mentaya Hilir Utara 12 titik, Pulau Hanaut 5 titik, Seranau 3 titik, Telawang 3 titik dan Teluk Sampit 39 titik. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) tanggal 19-20 Oktober 2015 sebesar 317,81, termasuk kategori berbahaya.
”Prakiraan cuaca Kota Sampit tanggal 21 Oktober 2015 cerah, berawan dan berasap,” kata Kepala BMKG Bandara H Asan Sampit Yulida Warni. (tha/ign)