SAMPIT – Daftar korban tewas di Sungai Mentaya bertambah. Syahruji (28), warga Jalan Iskandar 22 RT 8/RW 2, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, tewas tenggelam di Sungai Mentaya. Korban ditemukan warga mengapung setelah satu malam menghilang.
Warga meyakini Uji tenggelam sejak Sabtu (24/10) dini hari. Sebab, seharian pria itu tak terlihat. Ketua RT 8 Bambang Mujiono mengatakan, warga menyadari Uji tenggelam setelah mengetahui ada ponsel dan sarung yang tertinggal di atas lanting. Diduga, korban saat itu tergelincir dan tercebur ke sungai saat hendak buang hajat ke jamban.
”Dugaannya seperti itu, karena dia memang tidak bisa berenang. Makanya dipanggil Uji Batu,” jelas Bambang, Minggu (25/10).
Setelah mengetahui Uji tenggelam, warga sekitar berupaya melakukan pencarian. Pencarian juga dibantu tim search and rescue, tapi saat malam itu nihil. Besok harinya, sekitar pukul 07.30, jasad Uji mengapung dengan sendirinya di permukaan air, tak jauh dari lokasi korban tenggelam.
Warga setempat mengungkapkan, Uji di kampung itu tinggal sebatang kara, sementara keluarganya tinggal di Desa Pelangsian. Uji dikenal sebagai pekerja serabutan. Pria itu merupakan sosok yang mudah bergaul dan dikenal baik seluruh warga sekitar.
”Dia (Uji) sudah lama tinggal di sini, kadang dia tidur di kursi depan rumah warga. Dia juga banyak temannya di sini,” ungkap Junaidi, warga sekitar.
Tetangga korban, Sukarman (50), mengaku terakhir kali bertemu Uji pada Sabtu, menjelang subuh. ”Saya sempat bertemu dengannya. Dia katanya mau salat dan tobat, namun tidak punya kopiah. Sempat mau tidak jadi salat, tetapi akhirnya dia tetap turun ke lanting mengambil air wudhu, setelah itu tidak tahu kabarnya,” ungkapnya.
Informasi yang dihimpun Radar Sampit, Uji merupakan anak angkat pasangan H Marwan dan Jumiati yang meninggal sekitar lima tahun lalu. ”Ketika orangtuanya masih hidup, memang mereka memiliki rumah. Saat ayahnya sakit, rumah dan harta mereka dijual untuk biaya pengobatan, namun meninggal dunia. Beberapa tahun kemudian ibunya juga meninggal dunia. Almarhum Syahruji semakin terpuruk saat itu. Terlihat ada perubahan dalam dirinya, namun dia tetap pemuda yang baik,” tutur Sukarman.
Berdasarkan keterangan saksi yang dihimpun pihak kepolisian, korban saat itu sempat memberitahu kepada temannya sakit perut. Kemudian korban turun ke lanting dengan maksud untuk buang hajat.
”Namun, korban tidak kembali lagi. Kemudian warga melakukan pencarian dan menemukan sarung hitam, celana panjang berwarna biru, dan sebuah ponsel. Pada Minggu (25/10), sekitar pukul 07.30 WIB, warga menemukan korban mengapung dan hanyut terbawa arus sekitar 20 meter dari TKP,” kata Kapolsek Kawasan Pelabuhan Mentaya Iptu Mahmud.
Saat ditemukan, jasad korban sudah membengkak dan mengeluarkan darah segar melalui mulut dan hidung. Di tubuh korban hanya melekat celana dalam berwarna jingga, dan sebuah gelang rantai yang dikenakan di tangan kirinya. ”Tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban,” tegas Mahmud.
Setelah ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, jasad Uji pun diangkat. Selanjutnya dibawa ke kamar mayat RSUD Dr Murjani untuk divisum. Warga setempat mengaku siap mengurus prosesi pemakaman Uji, jika pihak keluarga tak bisa dihubungi atau keberatan memakamkan jasad korban.
Belakangan diketahui, insiden serupa juga pernah terjadi di kawasan itu. Menurut warga, perairan di kawasan tersebut memang cukup angker, karena arus sungainya memang cukup deras. Sekitar satu bulan terakhir, sudah empat nyawa melayang tenggelam di Sungai Mentaya. (oes/rm-66/ign)