NANGA BULIK – Hujan turun tiga kali beberapa pekan lalu, petani Lamandau banyak mengira bahwa itu pertanda datangnya musim penghujan dan mulai mengolah tanah untuk menabur benih.
Namun sayang, ternyata perkiraan tersebut meleset. Petani terlanjur menabur benih dan hujan tak kunjung datang.
Akibatnya banyak petani merugi karena tanaman mati akibat kepanasan dan tidak pernah mendapat siraman air hujan.
Bambang, petani sayur di Desa Kujan mengakui salah perhitungan. Dirinya terlanjur menabur benih sayur mayur karena mengira sudah memasuki musim penghujan.
"Menanam sayuran butuh perawatan ekstra, kalau tidak ada hujan, kami terpaksa rutin menyiram sehari dua kali. Tentunya biaya perawatan membengkak," ujar Bambang.
Dirinya berharap instansi terkait dapat memberikan bantuan kepada para petani, seperti mesin pompa air.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran (Disdikjar) Lamandau Lidan Hoder yang juga memiliki lahan pertanian ini juga mengaku mengalami kerugian akibat musim kemarau.
“Kami sudah mengupah orang untuk menanam, ternyata tidak ada hujan. Sekarang tanahnya kering dan hanya sedikit padi yang mampu bertahan hidup,” keluh Lidan. (mex/fm)