SAMPIT – Tak semua kegiatan pecinta Harley Davidson bersifat hura-hura. Banyak aksi positif yang dilakukan penghobi motor gede, seperti yang dilakukan oleh Joni, anggota Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Sampit. Pria yang berprofesi sebagai Notaris ini menjalani wisata ilmiah keliling Kalimantan dan Malaysia.
Minggu (25/10) kemarin, Joni mengawali perjalanannya dari Sampit menuju Palangka Raya, Banjarmasin, Samarinda, Nunukan, Brunai Darussalam, dan Serawak. ”Setelah sampai Serawak, saya ke Kuala Lumpur naik pesawat. Setelah tiga hari di sana, saya balik lagi ke Serawak,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, rute pulang ke Sampit akan mengambil rute berbeda. Dari Serawak, Joni akan menyusuri jalanan menuju Kucing, Pontianak, Ketapang, Pangkalan Bun, dan finish di Sampit.
Selama perjalanan, mahasiswa S3 Kehutanan Universitas Mulawarman ini akan mengunjungi beberapa kampus, diantaranya Universitas Brunei Darusalam, Universitas Serawak, Universitas Malaya Kuala Lumpur, Universitas Islam International Kuala Lumpur, University of Kuala Lumpur, dan Universitas Tanjungpura Pontianak.
Dalam tour ini, Joni juga akan mengumpulkan data yang akan digunakan sebagai bahan membuat karya ilmiah yang akan diterbitkan dalam jurnal internasional. ”Tema yang saya tulis tentang kebakaran lahan dan kabut asap,” ungkapnya.
Dia mengatakan, semua pihak seperti kehilangan akal untuk menghadapi bencana asap yang belum dapat dipastikan kapan berakhirnya. Musibah yang menyesakkan dada ini mengakibatkan pengungsian warga ke tempat yang dinilai aman. Asap pekat melengkapi berbagai musibah yang sudah ada sebelumnya, seperti kekeringan dengan segala akibatnya.
”Pada saat demikian, kita bukan mencari kambing hitam, tetapi mempertanyakan peran negara. Kita mempertanyakan dimanakah peran negara? Negara yang direfleksikan dengan tindakan pemerintah dalam menangani kabut asap ini dipertanyakan kesungguhannya,” ujarnya.
Melalui tour ini, dia ingin mengkaji lebih jauh tentang pencegahan, penanganan kebakaran hutan, maupun penanganan pascakebakaran di Kalimantan dan negara tetangga.
Selain untuk kepentingan ilmiah, wisata ilmiah ini juga untuk mengikis kesan negatif masyarakat tentang keberadaan pecinta Harley Davidson. Sering kali komunitas motor besar diidentikkan dengan kegiatan hura-hura.
”Padahal, kegiatan HDCI tidak bersifat hura-hura, karena seringkali diarahkan memberikan bantuan sosial setiap kali melakukan kegiatan. Sedangkan tour saya saat ini untuk kepentingan ilmiah,” ungkap pria berusia 48 tahun ini. (yit)