SAMUDA - Asap tebal tak hanya menyelimuti wilayah perkotaan dan sekitarnya, tapi juga wilayah selatan Kotawaringin Timur. Padahal di wilayah itu berdekatan dengan kawasan pantai yang memiliki hembusan angin angin kencang untuk menyapu asap.
Pantauan Radar Sampit di Kecamatan Mentaya Hilir (MHS) selama Minggu dan Senin, jarak pandang di sekitar Jalan Partoe Muksin menuju kawasan pasar H Umar Hasyim Samuda hanya 50 meter pada pagi hingga siang. Begitu juga jarak pandang di Sungai Mentaya, tapi di situ justru lebih parah hanya 10 meter.
Kepala UPTD DLLAJ-DLLASD Samuda Kurnaen melalui kepala urusan tata usaha Candra mengatakan, dalam beberapa hari ini kabut asap telah menyelimuti Samuda. Padahal, Samuda dan kecamatan tetangga dekat dengan laut.
“Selama empat hari ini kabut asap tebal menyelimuti wilayah Samuda. Para pedagang kaki lima yang berjualan di pelabuhan Pasar H Umar Hasyim Samuda banyak yang bubar sebelum waktunya,” ujarnya, Senin (26/10).
Karena kabut asap yang semakin menebal ini, menurut Candra, banyak orang yang enggan beraktifitas keluar rumah kecuali untuk keperluan mendesak. Bahkan pasar yang biasanya ramai pembeli, sekarang pengunjungnya agak berkurang.
“Biasanya hari pasar terutama pada Kamis dan Minggu ini ramai pengunjung, karena kabut asap itu banyak yang enggan ke pasar,” katanya.
Salah seorang warga Samuda, Rusliansyah, menyatakan, apabila kabut asap tebal itu terus menyelimuti, maka dirinya bersama keluarganya siap mengungsi ke Provinsi Kalimantan Selatan, tujuannya untuk menghindari terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang telah menyerang ratusan korban di Sampit.
”Pada siang hari bisa kita saksikan bahwa matahari sinarnya tidak tembus ke bumi terhalang kabut asap, cuaca terus terlihat mendung bahkan bercahaya kuning karena asap tebal. Kalau kabut asap tebal seperti ini berlangsung hingga berminggu-minggu, kami pun akan mengungsikan keluarga ke Banjarmasin, Kalsel,” ucapnya yang biasa disapa Tiyi.
Kabut asap tebal tidak hanya menyelimuti Kecamatan MHS, Samuda, bahkan telah menyerang ke Desa Bapinang Hilir Laut Kecamatan Pulau Hanaut. ”Sejak kemarin (25/10) sebelumnya hanya kabut asap tipis, sekarang kabut asapnya tebal,” kata Sapuan, warga Desa Bapinang Hilir Laut kemarin (26/10) siang.
Meskipun asap tebal, masyarakat yang tinggal di desa tersebut rata-rata tidak menggunakan masker saat di luar rumah. Pasalnya, di desa-desa yang ada di Kecamatan Pulau Hanaut belum ada masker gratis. “Kami kira kabut asap hanya di Sampit, ternyata sampai juga ke desa kami,” pungkasnya.
Setiap Hari Rawat Pasien ISPA dan Diare
Sementara itu di Cempaga, kabut asap membuat puskesmas selalui dikunjungi pasien diare dan ISPA. Rata-rata panderitanya adalah balita dan anak-anak.
“Dalam sehari paling sedikit empat orang pasien yang kami rawat di puskesmas, rata-rata adalah balita dan anak-anak. Pada saat kondisi kemarau seperti ini ISPA dan diare yang menjadi penyakit endemik yang diderita masyarakat,” jelas Anang Kustar, Kepala Puskemas Cempaga, Senin (26/10).
Bahkan, berdasarkan data yang dimiliki pihaknya per tanggal 15 Oktober tercatat 103 orang pasien terdampak ISPA dan 93 orang menderita diare di Kecamatan Cempaga. Upaya penanganan medis terus dilakukan, bahkan pertugas terus disiagakan untuk menangani ISPA dan diare.
“Wilayah kami yang terletak di tengah-tengah kawasan utara ini merupakan penampung asap, karena asap yang ditiup angin laut dari daerah Samuda menuju Sampit, bahkan karhan yang terjadi di Sampit dan Kotabesi juga akan melewati kawasan kami,” ujarnya.
Untuk persediaan oksigen di Puskemas Cempaga sampai saat ini masih mencukupi. Jika stok akan habis, pihaknya segara membeli di Sampit. “Wilayah kami ini masih banyak masyarakat yang mata pencahariannya di kebun, jadi tidak menutup kemungkinan orang dewasapun bisa mengalami sesak napas. Untuk itu kami selalu mengusahakan oksigen selalu ada,” terangnya.
Sedangkan untuk penyakit diare pada musim kemarau juga terjadi peningkatan karena banyak sumber air sumur gali yang kering sehingga memaksa masyarakat harus beraktivitas menggunakan air sungai. Wilayah Cempaga sangat berdekatan dengan aliran sungai dan masyarakat juga masih benyak beraktivitas di sungai.
“Pelayanan kesehatan 24 jam akan kami siagakan, dan kami berharap agar masyarakat di daerah Cempaga selalu dapat terlayani masalah kesehatan, dan semoga musim kemarau ini segera berakhir,” tandasnya. (dc/fin/yit)