SAMPIT – Pemuda di Kotawaringin Timur (Kotim) menggelar aksi damai pada hari Sumpah Pemuda (28/10). Mereka menuntut empat hal, salah satunya penangangan asap dan penanggulangannya pascabencana.
”Jangan sampai bencana serupa terjadi lagi di tahun-tahun yang akan datang,” kata Abdul Rohim, Koordinator Lapangan Aksi tersebut di bundaran Polres Kotim, Rabu (28/10).
Aksi tersebut diikuti puluhan mahasiswa dari berbagai perkumpulan seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia, dan berbagai komunitas pemuda lainnya. Empat tuntutan mereka tersebut, yakni meminta pemerintah pusat turun tangan menangani asap.
Selain itu, mengirim bantuan ke Kalimantan, penindaktegasan pelaku pembakar lahan, dan meminta Pemprov Kalteng merevisi Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Pembakaran Lahan. Sementara itu, udara di Kota Sampit dua hari belakangan mulai membaik.
Kondisi ini terjadi sejak turunnya hujan di sejumlah wilayah. Warga berharap kondisi itu terus membaik dan udara segera bersih seperti sedia kala. ”Alhamdulillah, lumayan baik cuacanya, tidak tercium lagi aroma asap dan tidak sesak napas lagi,” kata Isur, warga Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.
Berdasarkan Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandara Haji Asan Sampit, pantauan pada Rabu pagi, titik panas di di Kotim, Katingan, dan Seruyan, nihil titik panas. Kondisi ini seolah sejalan dengan kondisi asap yang jauh berkurang.
Jarak pandang mendatar yang terdata sepanjang pagi hingga siang juga cukup bagus, yakni antara 800 hingga 1.000 meter. Ini jauh lebih baik dibanding saat kondisi parah, jarak pandang hanya berkisar 10 hingga 300 meter.
Kendati demikian, semua pihak diingatkan tetap waspada karena kabut asap masih berpotensi terjadi. Kebakaran gambut sudah terjadi hingga beberapa meter di dalam tanah, sehingga curah hujan saat ini belum tentu memadamkan api di dalam tanah.
Kepala BMKG Bandara H Asan Sampit Yulida Warni meminta seluruh masyarakat berdoa agar Tuhan menurunkan hujan. Apalagi saat ini tim gabungan cukup kesulitan memadamkan api karena lokasi kebakaran sangat jauh dan sulit dijangkau, sementara pemadaman melalui jalur udara sering terkendala jarak pandang.
Sementara itu, meski asap jauh berkurang, pemerintah daerah tetap menyiagakan rumah oksigen dan rumah singgah yang sudah didirikan di beberapa lokasi. Kesiagaan sebagai antisipasi terhadap kemungkinan asap kembali bertambal pekat. (oes/ign)