SAMPIT - Kementerian Kesehatan akhirnya mengeluarkan hasil uji kesehatan warga Kotawaringin Timur (Kotim) yang sebelumnya diduga terjangkit sindrom pernapasan timur tengah (MERS). Ketiga warga tersebut dinyatakan negatif MERS setelah menjalani isolasi lebih sepekan.
”Alhamdulillah semua jamaah tersebut negatif, ” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kotim Faisal Novendra Cahyanto, Kamis (29/10).
Sebelumnya, satu orang jamaah haji Kotim sempat terindikasi terjangkit virus MERS-COV saat tiba di Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada kedatangan haji beberapa waktu lalu. Pasien itu diisolasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr Doris Sylvanus, Palangka Raya.
Beberapa hari setelah jamaah haji tiba di Kotim, dua orang jamaah kembali diduga mengidap MERS. Kedua orang itu mengalami gejala yang mirip dengan MERS, seperti demam tinggi dengan suhu tubuh di atas 38 derajat celcius.
Semuanya dirujuk ke RSUD dr Doris Sylvanus untuk dilakukan pengecekan, selanjutnya sampelnya disampaikan ke Kementerian Kesehatan. Hal itu untuk mengetahui apakah positif atau tidak terkena MERS.
Saat ini Dinkes Kotim mengaku telah berkoordinasi dengan Kemenkes agar ketiga warga tersebut bisa dipulangkan. Tentunya dengan tetap dilakukan pemantauan oleh Dinkes setempat.
Mengantisipasi kemungkinan merebaknya penyakit ini, Dinkes Kotim telah berupaya melakukan langkah pencegahan. Misalnya, dengan melakukan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam penanggulangan terjangkitnya MERS-COV di Kotim.
”Kantor Kesehatan Pelabuhan Sampit sudah melakukan simulasi kesiapsiagaan penanganan MERS. Demikian halnya dengan RSUD dr Murjani Sampit, juga sudah mempunyai sistem dan sarana dan prasarana kalau memang ada dugaan penularan MERS-COV,” kata Faisal.
Untuk diketahui, sampai kini MERS masih masih menjadi momok menakutkan oleh semua negara. Apalagi usai musim haji seperti sekarang. Jamaah haji yang datang dari Arab Saudi, rentan terjangkit virus berbahaya itu. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012 lalu dan kini masih belum ada obatnya.
”Perjalanan haji dan umroh memang cukup terbuka bagi kemungkinan terjangkitnya penyakit ini. Begitu juga dengan keluar masuknya tenaga kerja kita dari timur tengah,” ujarnya.
Di Kotim dan di Indonesia pada umumnya, sampai saat ini belum ditemukan warga yang positif terjangkit MERS. Dari kasus yang pernah terjadi, selalu menujukkan hasil negatif bagi pasien dugaan MERS. (oes/ign)