SAMPIT - Kebakaran lahan membuat aktivitas belajar mengajar di sekolah terganggu. Setiap sekolah diberi kebebasan untuk menentukan jam masuk sekolah selama bencana asap.
Pelajar SMP Negeri 9 Sampit Irwan mengatakan, asap dari kebakaran lahan di depan sekolahnya masuk hingga ke dalam kelas. Selain mengganggu pernapasan, asap juga membuat mata pedih.
”Bernapas susah, mata perih akibat asap, belum lagi berangkat sekolah pagi hari kabut asap sangat tebal, sehingga kami menggunakan masker,” terangnya.
Para pelajar berharap kebakaran lahan di Kotim dapat ditangani secepat mungkin, karena sangat menggangu aktivitas sekolah saat pagi hari. “Ayah membelikan masker untuk digunakan pada pagi hari dan juga di sekolah saat asap masih tebal, karena asap sangat berbahaya untuk kesehatan pernapasan,” ujarnya.
Sebelumnya Dinas Pendidikan Kotim menyerahkan kepada setiap sekolah untuk mengambil kebijakan penundaaan jam masuk sekolah selama kabut asap. Ketebalan asap di masing-masing wilayah berbeda-beda.
Berdasarkan informasi di lapangan, sebagian sekolah sudah memundurkan jam masuk sekolah, dan sebagian masih normal seperti biasanya. Orang tua siswa mengharapkan agar dinas mengeluarkan kebijakan menyeluruh melihat kondisi kebakaran lahan semakin parah terjadi.
Sementara itu Komandan Damkar Kotim Sunardi mengatakan, lokasi kebakaran setiap tahunnya tidak pernah berubah. Luasan lokasi kebakaran berkurang jika sudah didirikan bangunan.
“Pemadaman di daerah Jalan Tjilik Riwut sudah yang kesekian kalinya kami lakukan. Konsentrasi pemadaman saat ini di lokasi yang berdekatan dengan permukiman dan sekolah yang ada di dalam kota,” jelas Komandan Damkar Kotim Sunardi, Senin (7/9).
Menurutnya, lahan kosong di depan SMPN 9 ini memang hampir setiap tahun terbakar. Luasan berkurang karena di sebelah utaranya sudah ada bangunan baru. ”Namun tetap bangunan tersebut terancam terbakar karena terkepung api,” terangnya. (dc/yit)