PANGKALAN BUN – Ratusan hektare hutan di kawasan zona penyangga Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), STPN Wilayah III, Sungai Cabang, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) rusak. Itu terjadi setelah selama sepekan terakhir mengalami kebakaran. Namun kini hujan yang sempat mengguyur diketahui mampu mengurangi titik api.
Kebakaran pertama kali terjadi di Teluk Ranggau, dan Teluk Keramat terus meluas hingga masuk ke zona penyangga Desa Sungai Cabang, luasan lahan terbakar itu kemungkinan besar akan bertambah lantaran proses penghitungan belum tuntas.
Humas dan Penyaji Data Balai Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) Kumai, Evan Ekananda mengungkapkan bahwa hujan yang mengguyur Kabupaten Kobar dalam semalam kemarin sangat membantu Satgas TNTP yang sejak sepekan ini berjibaku memadamkan kebakaran lahan.
“Alam seolah mahfum. Satgas berjuang keras memadamkan api dan alam membantu dengan datangnya hujan yang merata di Kalteng, khususnya di Kabupaten Kobar sehingga meredakan titik api, mendinginkan udara, serta permukaan tanah untuk saat ini,” ujarnya.
Ia menegaskan hujan yang mengguyur sangat membantu penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, sehingga skenario pemadaman terbagi dengan upaya mengkalkulasi area yang terbakar.
Dari perhitungan sementara, kawasan TNTP di tiga lokasi yang menjadi konsentrasi hotspot dan kebakaran hutan yaitu resort Telaga Pulang, SPTN Wilayah I, Pembuang Hulu, SPTN Wilayah II Kuala Pembuang, dan SPTN Wilayah III Tanjung Harapan, Kumai.
“Masing masing kerusakan akibat kebakaran hutan di SPTN Wilayah I seluas 10 hektare, SPTN Wilayah II 25,8 hektare, dan SPTN Wilayah III, 104 hektare,” ungkapnya.
Sementara itu Komandan Brigdalkarhut TNTP Mathias Karo Karo Purba disela ground cek area terbakar di kawasan resort Sungai Cabang menambahkan bahwa luasan areal yang terbakar masih belum final. Belum seluruhnya merupakan hasil penyisiran areal terbakar secara langsung, mengingat sulitnya medan dan belum semua areal yang terbakar telah padam.
“Estimasi luas dilakukan dengan pengecekan visual di lapangan dan overlay laporan hotspot satelit dengan peta kawasan TNTP,” katanya.
Terkait dengan penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan di kawasan TNTP, tim dari Kepolisian Resort Kotawaringin Barat, bersama personil Direktorat Jenderal Penegakkan Hukum LHK, saat ini telah berada di lapangan untuk melakukan pendalaman atas segala kemungkinan terjadinya karhut di TNTP. Terlebih ada dugaan sumber api akibat dari kegiatan ilegl berupa perburuan dan memancing.
“Sebagian besar kawasan yang terbakar adalah semak belukar, dan luasan yang terbakar masih belum final,” pungkasnya. (tyo/sla)
