SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Jumat, 20 Agustus 2021 21:49
Bertaruh Nyawa Demi Mulusnya Selancar Dunia Maya

Kisah Belakang Layar Penjaga Tumbuhnya Digitalisasi Indonesia

PEMANJAT LANGIT: Ahmad Subkhan saat di puncak tower BTS yang menjadi lokasi tugasnya. Para pahlawan penjaga kelangsungan akses informasi di pelosok Kalteng ini bertaruh nyawa demi tuntutan digitalisasi yang kian masif di negeri ini. (Ahmad Subkhan for Radar Sampit-Prokal.co)

Dompet kosong tak mengapa, asal kuota internet melimpah, mungkin itulah gambaran era digital saat ini. Bahkan, zaman ini ada sebagian orang yang hidupnya bergantung dengan layanan digital daring itu.

SLAMET HARMOKO, Pangkalan Bun

Tak banyak yang tahu bahwa di balik lancarnya sinyal seluler di gawai canggih saat ini, ada para lelaki tangguh yang bekerja tak kenal takut untuk menjamin tetap berfungsinya Base Transceiver Station (BTS). Merekalah pahlawan bagi para pengguna jaringan internet untuk berbagai interaksi secara daring dengan teman, keluarga hingga rekan kerja.

Para pemanjat langit inilah yang merawat tower tetap berfungsi dengan baik dan mampu menyambungkan jaringan seluler yang saat ini mulai masuk ke generasi kelima atau 5G. Setiap detik pekerjaan mereka mengandung risiko, nyawa sebagai taruhan meski peralatan keamanan diri selalu mendapat yang terbaik.

“Peralatan pengaman diri (safety) di ketinggian itu kan hanya sarana. Tuhan yang menentukan kita bisa selamat saat naik hingga turun kembali dari tower,” ungkap Ahmad Subkhan (35) mengawali perbincangan.

Warga Desa Karang Mulya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah ini mengaku sudah sekitar lima tahun ini menggeluti pekerjaan sebagai petugas perawatan tower BTS di sejumlah kawasan di wilayah Kobar, Kotim, dan Seruyan. Tak hanya perawatan rutin berupa pengecekan peralatan pendukung operasional tower, dia dan tiga rekannya juga kerap membantu pemasangan dan juga penggantian perangkat pemancar sinyal seluler.

Tugas pokok mereka selain cek rutin kondisi BTS, juga memastikan kelangsungan hidup semua bagian dalam satu lokasi tower itu. Mulai dari aliran listrik hingga gangguan seperti sambaran petir. Bila tower menggunakan genset maka harus memastikan mesin sehat dan persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) tercukupi.

Mereka juga wajib naik ke atas tower untuk memastikan kondisi tiang pencakar langit itu tetap kokoh dan berfungsi dengan baik, terutama bagian yang bersentuhan langsung dengan perangkat telekomunikasi milik operator seluler. Tinggi tower bermacam-macam, paling rendah biasanya sekitar 75 meter dan ada juga yang lebih dari 100 meter.

“Kemudian memastikan lampu tanda tower tetap nyala sekaligus cek kondisi perangkat telekomunikasi apakah ada kerusakan secara fisik dan kita tinggal menghubungi tim operator agar dilakukan penggantian. Kita menjaga agar tower berfungsi dengan baik dan masyarakat bisa internetan,” katanya.

Bapak dua anak yang memiliki pekerjaan sampingan berdagang kerupuk ini menyebut, tak jarang tim mereka membantu kepastian keamanan petugas instalasi saat pemasangan perangkat. Karena merekalah yang mengerti kondisi tower tersebut. “Kadang juga bantu-bantu petugas pemasangan. Karena di tower itu ada banyak petugasnya. Perawatan, pemasangan, dan juga yang mengatur perangkat,” ceritanya.

Lelaki yang akrab dipanggi Semi ini mengaku bahwa tugasnya tidak hanya merawat tower milik operator seluler tertentu. Karena dalam satu tower terkadang bisa diisi dua bahkan tiga operator. “Operator seluler itu menyewa ke perusahaan pemilik tower, jadi kita ini sebenarnya menjaga semua barang milik operator seluler,” lanjutnya.

Menurutnya, kendala berat yang dihadapi dalam perawatan tower adalah bencana alam seperti banjir dan juga pencurian perangkat elektronik atau yang paling sering adalah baterai cadangan. “Kadang jika mendapat laporan banjir di tower yang menjadi tanggungjawab tim kita, harus segera berangkat untuk memastikan kondisi. Kemudian yang paling bikin jengkel ya aksi pencurian, terutama baterai untuk cadangan saat aliran listrik PLN mati, kita akan sering mendapat laporan kalau sinyal hilang saat listrik PLN padam,” ungkapnya.

Menjadi perawat menara seluler menurut Semi tak butuh keahlian memanjat khusus. Karena tower biasanya memiliki tangga dan jalur yang sudah tersusun dengan rapi, mudah dijangkau, dan juga telah disiapkan pengaman. “Yang dibutuhkan hanya nyali dan mampu menjaga konsentrasi agar tidak pusing saat melihat dari ketinggian. Selain itu kekuatan dan kebugaran tubuh harus terjaga. Karena kita bisa satu jam lebih di atas,” ujarnya.

Di samping itu sengatan terik matahari juga cukup menguras energi saat kegiatan dilakukan di siang hari. “Kadang panas di atas itu. Kalau kondisi badan tidak fit bisa lemas duluan. Sering terjadi saat di bawah cuaca cerah, namun begitu sampai atas mendung langsung mendekat. Belum sempat bekerja langsung harus turun lagi, berbahaya karena potensi sambaran petir sangat tinggi walaupun ada penangkal petir di puncak tower,” ungkapnya.

Meski berat ia mengaku sangat menikmati pekerjaan tersebut karena jam kerja yang fleksibel selain jadwal rutin pengecekan yang tidak setiap hari harus dilakukan. “Kerjanya fleksibel masih bisa cari tambahan penghasilan dan waktu dengan keluarga masih tetap terjamin,” pungkasnya.

Untuk diketahui bahwa Base Transceiver Station (BTS) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan stasiun pemancar adalah infrastruktur telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi nirkabel antara perangkat komunikasi dan jaringan operator. Tugas utama BTS adalah mengirimkan dan menerima sinyal radio ke perangkat komunikasi seperti telepon rumah, telepon seluler, dan gadget lainnya. Tower BTS bentuknya bisa bervariasi, ada yang kaki segi empat, kaki segitiga, bahkan ada yang hanya berupa pipa panjang saja.

Sementara itu menurut Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Kabupaten Kotawaringin Barat, Rodi Iskandar, pertumbuhan jumlah BTS di wilayahnya meningkat signifikan. Selain tuntutan perkembangan zaman, upaya pemerintah untuk mewujudkan Kabupaten Kobar zero blank spot demi kemajuan daerah mendapat dukungan Pemerintah Pusat dan masyarakat. Mereka secara aktif mengajukan diri agar ada pembangunan pertama atau penambahan BTS untuk mempermudah akses informasi dan layanan daring lainnya.

“Masyarakat kita sangat mendambakan masuknya jaringan seluler agar internet bisa masuk. Selain karena mereka mulai melek teknologi, masyarakat juga menginginkan kemudahan disaat semua pelayanan di pemerintahan mulai masif beralih ke jalur daring (online) akibat pandemi Covid-19 dalam satu tahun belakangan ini,” katanya, Kamis (19/8).

Untuk memperluas jaringan layanan internet yang mengalir sampai desa, saat ini telah dibangun 125 BTS yang tersebar di enam kecamatan. Pada tahun 2021 ada penambahan sebanyak empat BTS dari program BAKTI Kementerian Kominfo Republik Indonesia.

Keempat BTS tersebut disebar di Desa Umpang Kecamatan Arut Selatan, Desa Sebuai dan Keraya Kecamatan Kumai serta Desa Rungun Kecamatan Kotawaringin Lama. “Dan untuk memperkuat semua itu Dinas Kominfo Kobar juga telah mengusulkan sebanyak 19 BTS lagi untuk dibangun di 19 desa ke Kementerian Kominfo,” tegasnya.

Di bidang aplikasi perkantoran, Dinas Kominfo Kobar juga mengelola aplikasi SiMAYA yang merupakan aplikasi tata naskah dinas secara elektronik yang dikembangkan oleh Kementerian Kominfo RI. Melalui aplikasi ini, keperluan administrasi surat menyurat dan tata naskah dinas, proses manajemen persuratan yang biasanya dilakukan secara manual dapat dilakukan secara otomatis, sehingga memudahkan dalam proses administrasinya, pencarian dan pengarsipan. 

Saat ini kita tengah mengembangkan program Pangkalan Bun Smart City. Smart city merupakan pengembangan dan pengelolaan kota atau daerah dengan memanfaatkan teknologi infomasi (TI) untuk menghubungkan, memonitor dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di dalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

“Sebagai ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat, Pangkalan Bun memang telah mengikuti asessment gerakan 100 smart city. Kabupaten Kobar dinilai memiliki potensi yang cukup baik untuk penerapan smart city. Beberapa hal yang telah dilakukan, diantaranya menyiapkan Peraturan Bupati tentang smart city, melakukan kaji tiru ke beberapa daerah yang sudah menerapkannya hingga menyiapkan master plan smart city,” pungkasnya. (*)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers