SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus memperkuat upaya penanggulangan stunting melalui program pemberian makanan tambahan kepada balita. Salah satu langkah yang kini tengah digencarkan adalah pemberian telur dan susu kepada bayi berusia 0 hingga 24 bulan selama enam bulan penuh.
Program tersebut merupakan bagian dari Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting atau Genting yang dijalankan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPPAPPKB) Kotim.
“Melalui program ini, kami ingin memastikan bahwa kebutuhan gizi anak-anak, terutama dari keluarga kurang mampu, tetap terpenuhi pada masa-masa kritis pertumbuhan mereka,” kata Plt. Kepala Dinas PPPAPPKB Kotim Umar Kaderi.
Pemberian makanan tambahan ini tidak sekadar kegiatan berbasis anggaran, melainkan bagian dari upaya kolaboratif yang mengajak masyarakat berperan aktif. Dalam pelaksanaannya, program Genting turut menggandeng berbagai elemen seperti tokoh masyarakat, aparatur desa, kader posyandu, serta pihak swasta.
Umar menekankan bahwa stunting adalah masalah serius yang tidak hanya berdampak pada fisik anak, tetapi juga pada kemampuan kognitif, daya tahan tubuh, hingga produktivitas mereka di masa depan. Oleh karena itu, Pemkab Kotim menargetkan penanganan stunting secara menyeluruh dan berkelanjutan.
“Melalui kolaborasi lintas sektor, kami berharap program Genting ini dapat menjadi gerakan yang konsisten dalam membangun generasi yang lebih sehat, cerdas, dan kuat secara fisik maupun mental,” tegasnya.
Dalam konteks angka, Kotim memang menghadapi tantangan. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, angka stunting di Kotim tercatat sebesar 35,5 persen, tertinggi di Kalimantan Tengah. Meskipun hasil perhitungan internal Pemkab Kotim menunjukkan adanya penurunan menjadi 22 persen, data resmi nasional tetap menjadi perhatian serius pemerintah daerah.
Selain itu, data Dinas Kesehatan Kotim mencatat, hingga akhir 2024 jumlah balita pendek atau stunting mencapai 2.543 anak, atau setara 19,61 persen dari total 12.966 balita yang diukur pada bulan timbang Desember lalu. Sementara itu, data sementara pemerintah pusat untuk tahun 2024 memperkirakan angka stunting Kotim turun menjadi 25 persen.
Sebagai bagian dari strategi digital dalam percepatan penurunan stunting, Pemkab Kotim juga telah meluncurkan aplikasi Silaras (Sistem Laporan Raport Dapur Sehat Atasi Stunting). Aplikasi ini digunakan untuk mengelola pelaporan dapur sehat yang menyajikan makanan bergizi bagi anak-anak, khususnya di desa-desa.
“Inovasi teknologi seperti Silaras sangat membantu proses pemantauan program di lapangan. Kita bisa mengetahui secara cepat data anak-anak yang membutuhkan intervensi,” ujar Umar yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kotim.
Pemerintah daerah berharap kombinasi antara intervensi langsung melalui pemberian makanan tambahan dan dukungan teknologi ini dapat mempercepat penurunan angka stunting di Kotim, sekaligus membangun pondasi kesehatan generasi muda yang lebih kuat di masa depan. (yn/yit)