Museum Kayu Sampit menjadi pilihan tepat bagi kalangan generasi muda untuk lebih mengetahui peninggalan benda bersejarah yang berkaitan dengan peristiwa di Kabupaten Kotawaringin Timur. Ada ratusan koleksi yang bisa dinikmati secara gratis.
HENY-radarsampit.com, Sampit
Sudah 19 tahun bangunan Museum Kayu Sampit berdiri sejak diresmikan Bupati Kotim periode 2000-2010 Wahyudi Kaspul Anwar pada 6 Oktober 2004. Letaknya yang strategis dan berada di tengah Kota Sampit, tepatnya di Jalan S Parman dapat memberikan akses mudah bagi pengunjung untuk mampir. Tepat di sebelah kiri bangunan museum, pengunjung akan diperlihatkan dengan kapal besi tua dan sandung yang berada di sebelah kanan dan kiri halaman. Saat memasuki ruangan, pengunjung langsung disuguhkan dengan peralatan modern dan tradisional pengolahan kayu. Ada bansaw yang merupakan alat untuk membelah kayu besar menjadi lembaran papan berbentuk gergaji pita buatan Taiwan. Alat itu pernah digunakan PT Inhutani pada tahun 1970.
Ada pula gergaji tradisional untuk membelah kayu yang digunakan dengan cara ditarik ke atas. Alat ini dinamakan wantilan dan kuda-kuda penarik kayu yang digunakan untuk menarik kayu gelondongan dengan cara manual menggunakan tangan. Pengunjung juga dapat melihat langsung hasil hutan berupa contoh batang pohon ulin, benuas, keruing, meranti merah dan geronggang, pelawan dan pohon jelutung atau pohon pantung yang digunakan sebagai bahan perekat.
Di Museum Kayu Sampit, pengunjung juga bisa melihat gambar pengolahan pembuatan plywood, pencucian rotan, proses pengolahan karet, lukisan miniatur Teluk Sampit, dan gambar penebangan kayu. Museum Kayu Sampit juga mengenalkan Hutan Sagonta yang sampai sekarang masih ada. Letaknya di Kelurahan Baamang Hulu, Kecamatan Baamang. Kepala UPTD Museum Kayu Dwi Astuti Wardani mengatakan, warga Kotim dapat mengunjungi Hutan Sagonta menggunakan perahu atau kelotok menyusuri Sungai Mentaya yang lebih mudah diakses. ”Hutan Sagonta memiliki luas kurang lebih 500 hektare dan ditetapkan menjadi kawasan ekowisata seluas 200 hektare. Diperkirakan ada lebih dari 39 jenis tanaman dan 40 satwa yang ada di Hutan Sagonta,” kata Dwi Astuti.
Dwi juga mengenalkan barang-barang peninggalan zaman bahari, seperti relief perjuangan rakyat Samuda yang terbuat dari kayu jati dan dibuat di Jepara tahun 2005. Relief ini menceritakan perjuangan rakyat Samuda melawan penjajah Jepang dan pengiraban bendara merah putih pertama di Samuda pada 29 November 1945 oleh M Baidawi. Untuk mengenang peristiwa itu, ditetapkan nama Stadion 29 November di Jalan Tjilik Riwut sekarang. ”Bendera merah putih yang dikibarkan pertama kali juga masih tersimpan di Museum Kayu,” katanya.
Dwi juga mengenalkan barang-barang peninggalan zaman bahari, seperti relief perjuangan rakyat Samuda yang terbuat dari kayu jati dan dibuat di Jepara tahun 2005. Relief ini menceritakan perjuangan rakyat Samuda melawan penjajah Jepang dan pengiraban bendara merah putih pertama di Samuda pada 29 November 1945 oleh M Baidawi. Untuk mengenang peristiwa itu, ditetapkan nama Stadion 29 November di Jalan Tjilik Riwut sekarang. ”Bendera merah putih yang dikibarkan pertama kali juga masih tersimpan di Museum Kayu,” katanya.
Di museum, pengunjung juga dapat melihat foto gambar kepala daerah di Kotim dari masa ke masa, mulai dari Tjilik Riwut, Gubernur yang memimpin daerah otonom Kotawaringin pada periode 1950-1957 sampai Supian Hadi, Bupati Kotim periode 2010-2021. Di lantai dua, pengunjung juga dapat melihat langsung kerangka tulang ikan paus biru yang ditemukan terdampar 23 September 2004 di pesisir pantai dengan panjang 25 meter. Ada pula patung dan lukisan, patung satwa mengimbau, patung baninan atau selamat datang, patung pengantin, patung berburu, patung mina memasak, lukisan wanita dayak dan lukisan taman. Dwi mengatakan, saat ini ada 180 koleksi benda dari total 385 item benda yang tersimpan di Museum Kayu Sampit masih terus terjaga dan terpelihara dengan baik. ”Setiap tahunnya koleksi benda di Museum Kayu selalu ada penambahan. Begitu pula dengan pengunjung, memasuki tahun 2023 setiap harinya Museum Kayu Sampit selalu kedatangan pengunjung di kisaran 50-100 pengunjung,” ujarnya. (***/ign)