Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunung Mas (Gumas) terus berupaya menyukseskan program smart agro atau pembangunan pertanian dengan didukung pemanfaatan teknologi. Namun dalam pelaksanaannya, ada sejumlah tantangan dan kendala yang dihadapi.
“Tantangan dan kendala yang dihadapi itu yakni masyarakat belum terbiasa pertanian lahan tanpa bakar, kemandirian petani dalam penyediaan bibit dan pupuk, serta minimnya minat petani milenial,” ujar Pj Sekda Gumas Richard, Minggu (9/7).
Mengatasi tantangan dan kendala itu lanjut dia, pemkab sudah melakukan berbagai upaya, seperti memberikan dukungan alat mesin pertanian (alsintan) bagi petani untuk mengolah tanah tanpa bakar.
“Kami juga secara aktif bersama forum koordinasi pimpinan daerah (forkopimda) menyosialisasikan Peraturan Gubernur (Pergub) Kalteng Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pembukaan dan Pengolahan Lahan non Gambut bagi masyarakat hukum adat,” tutur Richard.
Selanjutnya, pemkab melakukan pengembangan pertanian terpadu di lahan demplot pertanian seluas 25 hektare, untuk melakukan ujicoba beberapa variatif padi MSP yang bersifat komposit, yang mampu digunakan sampai 10 kali pemakaian. Serta mendorong beberapa kelompok petani milenial untuk melakukan budidaya perikanan.
“Dari upaya tersebut, apabila dilihat dari indikator makro, maka kontribusi dari sektor pertanian dan perikanan meningkat 5,75 persen dari tahun sebelumnya,” tutur Richard.
Dia menambahkan, smart agro bertujuan untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan, dan menjadikan sektor pertanian berkelanjutan bagi masyarakat, dengan dampak negatif yang minim lingkungan. Konsep tersebut berimbas bagi peningkatan perekonomian masyarakat dan menambah penghasilan apabila ditekuni.
“Berdasarkan telaah di lapangan, smart agro dapat dilakukan dengan budidaya padi di sawah irigasi teknis maupun ladang, budidaya jagung hibrida, budidaya sawit serta pengembangan perikanan dan peternakan,” pungkas Richard. (arm/gus)