Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terjadi di wilayah Sukamara. Dampaknya pun mulai dirasakan dengan berubahnya kualitas udara dalam beberapa hari terakhir. Kabut asap dengan aroma bau terbakar cukup terasa di Kota Sukamara, terutama saat malam dan pagi hari. “Apalagi di sungai Jelai saat malam sudah turun kabut asap dan jarak pandang terbatas. Pagi hari juga sudah mulai terlihat asap,” komentar Yanur, salah seorang warga.
Berdasar pantauan dalam beberapa hari ini, kabut asap mulai nampak menyelimuti Sukamara pada pagi hari. Kualitas udara yang dihirup terasa kurang nyaman, sehingga banyak warga enggan membuka pintu dan jendela rumah pada pagi hari dan menunggu kabut asap mulai menghilang. Kabut asap itu diduga dari kebakaran lahan. Sebelumnya diungkapkan bahwa BPBD Sukamara mendata hingga 15 September 2023, luasan lahan yang terbakar di wilayah Kabupaten Sukamara mencapai 245,1 hektare dan luasan lahan yang berhasil dipadamkan 144,2 hektare. Luasan lahan terbakar terbanyak terjadi di wilayah Natai Kampas di Desa Natai Sedawak, Jampah di Kelurahan Padang, wilayah Desa Sungai Pasir Pantai Lunci, wilayah Desa Sungai Damar Pantai Lunci. Sedangkan titik hotspot terbanyak ditemukan pada Juni terdapat 12 titik, Agustus sebanyak 18 titik, dan September ada 16 titik.
Pemerintah Kabupaten Sukamara pun mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan aktifitas membakar lahan, sebab kondisi lahan kering akan membuat api lebih cepat meluas. Warga diminta untuk bersama-sama dengan semua pihak terkait dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah masing-masing. (fzr/yit)