PALANGKA RAYA – Lambatnya respons pemerintah mengatasi asap pekat dari kebakaran lahan dan hutan yang kian hari kian memburuk, berujung pada kematian Ratu Agnesia. Bayi mungil berusia 45 hari itu diduga meninggal dunia karena diserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Anak pasangan Yessi Marsela (25) dan Suyutno (26) itu meninggal Sabtu (3/10), sekitar pukul 06.00 WIB. Sebelum mengembuskan nafas, Ratu Agnesia sempat dua jam mendapat perawatan di ruang IGD Doris Silyvanus. Meski berbagai upya dilakukan tim medis, Tuhan berkata lain. Almarhum menghembuskan nafas terakhir.
Kini jenazahnya telah dimakamkan di pemakaman umum Kristen Km 12 Tjilik Riwut. Pihak keluarga pun meminta pemerintah lebih cepat mengatasi asap yang kian parah. Mereka berpesan jangan sampai ada korban lain yang meninggal dunia karena ISPA akibat dari kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Tengah.
Yessi Marsela (25), ibu Ratu Agnesia menuturkan, sebelum meninggal dunia, anaknya sempat mengalami batuk, badan panas, sesak nafas, dan susah bernapas serta kejang-kejang. ”Awalnya seperti itu sebelum menghembuskan nafas,” ujarnya, Minggu (4/10) di kediamannya Jalan Yos Sudarso III.
Menurutnya, pihak keluarga sempat membawa Ratu ke bidan. Oleh bidan kemudian dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih baik pada Sabtu (3/10) dini hari. Namun, sekitar dua jam menjalani perawatan, dokter diberitahu bahwa Ratu sudah meninggal dunia.
Yessi mengaku terpukul atas peristiwa ini, terlebih Ratu merupakan anak pertama dan meningal dunia karena buruknya kualitas udara. Dia mendesak agar keadaan seperti sekarang segara diatasi.
“ Harapan ke pemerintah, asap ini bisa cepat diselesaikan supaya tidak korban lagi.” ungkap Yessi sambil menatap peti mati dan memegang foto Ratu.
Kepala RSUD Doris Slyvanus Rian Tangkudung menuturkan, Ratu mengalami diare sejak beberapa hari sebelumnya, sampai mengalami dehidrasi berat. Saat dibawa ke IGD dan diupayakan diberi pertolongan, dehidrasinya sudah berat, sehingga gagal napas dan meninggal dunia. (daq/ign)