PANGKALAN BANTENG - Pemadaman listrik yang makin sering terjadi membuat sejumlah aktivitas pengusaha kecil terhambat. Bahkan mereka ada yang merugi karena penurunan omset, hingga kerusakan alat pendukung usaha mereka.
Salah satu pihak yang mengeluhkan kondisi tersebut yakni dari kalangan usaha air minum isi ulang. Budi, salah satu pengusahanya, mengaku dikeluhkan pelanggannya lantaran puluhan galon air pesanan pelanggan gagal dikirim.
"Dalam dua hari ini sekitar 150 galon yang terhambat pengirimannya, dan pelanggan komplain. Kita tidak bisa kirim karena alat pemroses air minum tidak jalan," ujarnya, Kamis (25/1).
Selain terhambatnya pengiriman, ia juga harus merogoh saku lebih dalam karena mengganti lampu ultraviolet yang menjadi bagian penting dalam alat pemroses air minum miliknya.
"Dipaksain pakai genset karena listrik mati, akhirnya lampu ultravioletnya rusak. Harus beli lagi Rp 750 ribu," keluh Budi.
Hal lebih parah lagi juga diungkapkan Mardi, pemilik toko aneka kebutuhan pangan ini, dalam dua hari ini es krim yang dijualnya rusak dan tak layak jual."Es krim 60 persen meleleh. Jadi tidak layak jual lagi. Es krim ini tidak bisa diretur," terangnya.
Tidak hanya makanan, pengusaha las listrik yang memproduksi teralis, pagar dan kebutuhan lainnya, juga salah satu pihak yang ikut terpukul akibat pemadaman listrik tak beraturan.
Teguh salah satunya, ia mengaku harus membatalkan janji penyelesaian pembuatan pagar dan pintu toko, lantaran tidak selesainya pengerjaan akibat pemadaman listrik."Ada dua pesanan yang terhambat dikirim, karena penyelesaiannya tertunda," cetusnya.
Menurutnya, keberadaan listrik PLN sangat membantu usahanya. Namun saat pemadaman terjadi dan tanpa pemberitahuan, justru membuatnya merugi.
"Kalau pakai genset biayanya lebih besar, dan berakibat pada harga. Pelanggan akan protes, dan sebenarnya listrik PLN sangat membantu usaha, tapi kalau sering padam, kita jadi merugi," tandas Teguh. (sla/gus)