PALANGKA RAYA – Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kota Palangka Raya semakin parah. Kemarin (9/9) pagi, asap pekat membuat Ibu Kota Kalteng itu seolah-olah hilang ditelan kabut. Jarak pandang hanya sekitar 200 meter. Kondisi itu berdampak terhadap seluruh aktivitas masyarakat.
Pantauan Radar Palangka, permukiman penduduk di sepanjang Sungai Kahayan dan perkantoran di tengah kota tak terlihat dari kejauhan. Bidikan kamera hanya mampu menangkap asap.
Budi, salah seorang warga mengatakan, pemandangan itu sudah berlangsung beberapa hari, namun sejak kemarin kian parah. ”Biasanya dari ujung terlihat bangunan. Ini sekarang hanya warna putih dan kumpalan asap tebal. Bangunan DPRD yang bisa dilihat, saat ini tidak jelas,” katanya.
Rahmadi, seorang nelayan mengatakan, ia dan rekannya tidak dapat berburu ikan di sungai. ”Mending istirahat dulu jadi nelayan. Asap semakin parah, jarak pandang sempit ditambah kota atau lokasi seperti hilang bila dilihat dari kejauhan. Biar penghasilan terhenti, asal jiwa selamat,” katanya.
Terpisah, Kepala SDN 6 Palangka Hj Norliana mengatakan, kebijakan meliburkan murid TK dan SD dari pemerintah terkesan lambat. Meski demikian, dia mendukung keputusan tersebut. Sebab, sekitar 10 persen anak didiknya dari 338 murid, terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan tidak hadir ke sekolah.
”Iya, harusnya sebelum ini diliburkan, tetapi tetap belajar di rumah dan guru tetap ke sekolah. Akibat asap ini, lebih dari 10 persen siswa didik, bahkan guru terjangkit ISPA,” kata mantan Kapsek SDN II Langkai ini.
Norliana menambahkan, apabila dalam satu minggu ini asap tetap tebal dan menganggu proses belajar mengajar, dia berharap libur diperpanjang. Akan tetapi, pihaknya akan tetap melaksanakan apa pun keputusan pemerintah.
Minta Dilibur
Sementara itu, pekatnya kabut asap yang melanda Palangka Raya, membuat belasan siswa mulai kelas X hingga XII SMK Negeri 1 Palangka Raya berunjuk rasa meminta pihak sekolah dan pemerintah meliburkan mereka. Siswa membentangkan poster untuk menyuarakan aspirasinya di halaman sekolah, Rabu (9/9) pagi.
”Iya benar, tadi pagi ada demo meminta libur karena kabut pekat, tapi cuma sebentar dengan membentangkan poster dan dilakukan siswa kelas I dan II,” kata salah seorang siswa SMKN 1 yang meminta namanya tidak dikorankan. Menurutnya, permintaan libur wajar dan harus dipenuhi. Sebab, asap semakin pekat dan menganggu proses belajar mengajar di sekolah.
Kepala SMKN 1 Palangka Raya Ruanda membantah adanya aksi demo tersebut. Dia menyebutkan, siswa hanya membawa tulisan dan dilakukan secara spontanitas. Aksi itu dilakukan siswa kelas 1 TSM (Tekhnik Sepeda Motor).
Menurut Ruanda, saat itu terdapat pergantian jam pelajaran. Para siswa memanfaatkan itu dengan membentangkan tulisan tersebut, tetapi setelah guru datang, mereka kembali masuk ke ruangan. ”Mereka membawa triplek dan itu dilakukan spontanitas,” katanya.
Ruanda menuturkan, beberapa saat setelah aksi itu, dia mendatangi siswa dan menanyakan maksud dan tujuan tulisan serta aksi tersebut. Para siswa mengaku aksi itu dilakukan spontan dan berharap dikabulkan.
Dia menjelaskan, keputusan ada libur selama spekan yang dikeluarkan Pemkot Palangka Raya khusus untuk sekolah tingkat TK dan SD, sedangkan SMA dan SMK belum ada petunjuk. ”Yang libur itu hanya SD. Untuk SMA dan SMK belum ada instruksi libur dan perintah lanjutan,” pungkasnya. (daq/ign)