Sosok dermawan, visioner, tegas, dan berpendirian teguh, melekat dalam diri mendiang Darwan Ali. Hal itu juga yang membuatnya gigih membangun dunia pendidikan di Kotim dan Seruyan.
HENY, Sampit
Pertemuan Darwan Ali dan Ali Kesuma di tahun 2007 silam jadi cikal bakal sebuah langkah besar dalam dunia pendidikan di Kotim dan Seruyan. Ali Kesuma saat itu dikenal sebagai tokoh akademisi, sementara Darwan eksis sebagai Bupati Seruyan yang penuh kontroversi.
”Saya sebelumnya tak pernah kenal dengan yang namanya Darwan Ali. Cuma, karena saya di Sampit, saya sering baca koran, salah satunya Radar Sampit. Beliau cukup dikenal dan penuh kontroversi,” kata Ali Kesuma, mengenang pertemuannya dengan almarhum Darwan.
Pertemuan tak sengaja itu mengantarkannya pada hubungan yang erat antara keduanya. Ali menyapa lebih dulu. ”Selamat siang Bup (Bupati, Red),” ujar Ali, mengulang ucapannya belasan tahun silam.
Darwan lalu memperhatikan dengan seksama. Raut wajahnya seperti sedang berusaha mengingat. ”Siang. Siapa yaa? Oh yang punya Yayasan Wijaya Kusuma itu ya,” kata Darwan menimpali.
”Enggeh (iya, Red) Bup,” jawab Ali singkat.
Keduanya lalu bertukar kartu nama dan janjian bertemu seminggu kemudian.
”Seminggu lagi saya bulik (pulang, Red) dari Jakarta. Nanti kita ketemu di rumah Jalan Ahmad Yani. Tahu aja kan rumah saya?” ucap Darwan Ali sebelum keduanya berpisah.
”Enggeh (iya, Red) Bup,” jawab Ali tanda mengiyakan.
Seminggu berlalu, telepon genggam Ali tiba-tiba berbunyi. Suara khas Darwan Ali di ujung telepon menginformasikan dirinya sudah berada di Sampit. Darwan meminta Ali Kesuma berkunjung ke rumahnya.
”Saya sudah di rumah. Bisa kah beelang (bertamu, Red),” ujar Darwan.
Ali langsung mengiyakan. Mereka kemudian bertemu di hari yang sama. Setibanya di kediaman Darwan, keduanya saling bercengkrama. Mulai dari pembangunan, pendidikan, pengembangan kualitas sumber daya manusia, dan lain-lain.
Dalam obrolan keduanya, Darwan mengungkapkan satu hal yang masih mengganjal dalam benaknya, yakni nasib masyarakat Kotim dan Seruyan ke depan. ”Saya jadi Bupati (Seruyan) berhasil mendatangkan investor banyak. Tetapi, ada satu hal yang saya takuti,” ujar Darwan.
”Apa itu Bupati?” sahut Ali penasaran.
Darwan menyambung ucapannya, ”Saya takut sekaligus khawatir kalau terjadi lagi Sampit jilid kedua, alias tragedi kerusuhan Sampit tahun 2001 silam yang sulit kita lupakan.”
Dari pertemuan itu, Ali menangkap maksud dan keinginan Darwan yang ingin membangun sumber daya manusia yang andal dan berpendidikan.
”Dari situ beliau miris melihat masyarakat Kotim yang sulit bekerja di perusahaan perkebunan sawit, karena kurangnya pengetahuan masyarakat Kotim,” ujar Ali.
”Kalau ini dibiarkan, masyarakat tidak berpendidikan. Pengangguran bermunculan, perut lapar, lalu datang provokator. Bisa terjadi lagi kerusuhan di Sampit. Mudah-mudahan itu jangan sampai terjadi. Itu yang dikhawatirkan beliau,” ujarnya.
Dari pertemuan tersebut, Darwan meminta Ali Kesuma yang saat itu sudah mengurus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) dan Sekolah Tinggi Managemen Ilmu Informatika (STIMIK) Wijaya Kesuma untuk membangun Universitas di Kuala Pembuang, Seruyan.
”Mendengar keinginan beliau, tentu saya cukup kaget, karena beliau begitu gigih ingin menjadikan masyarakatnya cerdas dengan cara membangun universitas,” ujar Ali.
Pascapertemuan itu, Ali kemudian melakukan survei ke Kuala Pembuang. Namun, hasilnya begitu memprihatinkan dan sulit mewujudkan mimpi Darwan. Pasalnya, di Kuala Pembuang saat itu hanya ada satu SMA dan satu SMK. Ditambah satu SMK lagi di sebuah kecamatan yang berada di seberang sungai
”Hanya ada tiga sekolah saja. Jadi, tiga sekolah ini kita pasti sudah mengestimasi berapa banyak siswa yang melanjutkan sekolah pendidikan ke luar daerah dan sisanya baru memilih di Kuala Pembuang. Itu pun jumlahnya masih sangat sedikit, mengingat jumlah penduduknya belum seramai Sampit,” ujarnya yang saat itu pesimistis membangun universitas.
Di samping itu, kehidupan di Kuala Pembuang juga sangat memprihatinkan. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai nelayan dan belum dikatakan sejahtera dari sisi finansial pada masa itu.
Setelah survei, Ali lalu menemui Darwan Ali dan mengungkapkan persoalan yang dihadapi. Ali mengatakan, untuk membangun sebuah universitas di Kuala Pembuang memerlukan lahan yang cukup, gedung yang memadai, tenaga pengajar, dan terpenting mahasiswa yang mau dan mampu membayar perkuliahan.
”Saya sampaikan ke beliau, masyarakat di Kuala Pembuang saat itu masih banyak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan dan untuk membangun ini (universitas), memerlukan dana yang tidak sedikit dan saya tidak sanggup untuk itu,” ujarnya.
Darwan Ali menjawab, ”Perlu tanah satu hektare? Pian saya beri tanah 14 hektare. Ini tanah saya sendiri. Gedung akan saya bangunkan.”
Darwan sangat serius dengan rencananya. Pemkab Seruyan yang sebelumnya telah memproyeksikan membangun asrama senilai Rp 3 miliar di Palangka Raya ditunda, diganti dengan membangun universitas tersebut. Hal itu disampaikan Darwan di hadapan Sekda Seruyan, Kepala Dinas Pendidikan Seruyan, dan Ali Kesuma.
”Pak Joni (Sekda Seruyan saat itu, Red), asrama di Palangka Raya sebaiknya coret saja. Bangunkan gedung universitas di Kuala Pembuang,” ucap Darwan Ali saat rapat di tahun 2007 itu.
Setelah satu per satu persoalan teratasi, masalah kembali muncul. Ternyata, dalam APBD tidak ada pos anggaran untuk itu dan belum ada peraturan yang mendasari. ”Ternyata ada proses yang harus dilalui. Akhirnya universitas itu tak jadi dibangun,” ujarnya.
Meski gagal di upaya pertama, keinginan Darwan Ali membangun universitas di Kuala Pembuang masih sangat kuat dan terus diperjuangkan. ”Setelah itu beliau memerintahkan Wakil Bupati, di antara PNS yang saat itu bertugas di Kuala Pembuang menawarkan siapa yang mau jadi dosen. Kami sekolahkan S-2 dan terkumpul 20 orang yang berangkat melanjutkan pendidikan,” ujar Ali.
Setelah enam bulan berjalan, hanya tersisa 18 orang yang siap menjadi dosen. Dari 18 orang itu, setelah lulus S-2 yang ingin menjadi dosen ternyata hanya ada lima orang. Sebanyak 13 orang lainnya menolak jadi tenaga pengajar dosen meski sudah dibiayai melanjutkan pendidikannya.
”Hanya ada lima dosen itu saja yang tersisa sampai sekarang,” ujarnya.
Ali mulai cemas karena mendekati penilaian akreditasi yang tersisa tinggal dua tahun lagi, gedung masih belum dibangun. Kendala itu lalu disampaikan ke Darwan Ali.
”Setelah itu, di tahun 2008, izin dikeluarkan dan akhirnya di 2009 gedung dibangun di Bakau dengan tanah hibah dari Pak Darwan Ali seluas 14 hektare,” ujar Ali.
Sebelum membangun universitas itu, Ali Kesuma, Sekda Seruyan, Kepala Dinas Pendidikan Seruyan, dan Ketua DPRD Seruyan menemui Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikti). Dalam pertemuan itu Kemendikti tak bisa memberikan izin, karena pemerintah pusat tidak lagi menambah perguruan tinggi, justru berupaya menguranginya.
”Pak Ali kan punya dua. STIE dan STIMIK. Saran saya, ini sebaiknya digabung dan tambah lagi program studi jadi universitas. Itu kata pihak Dikti saat itu,” ujar Ali yang menyelesaikan pendidikan S-3-nya di Untag Surabaya Jurusan Manajemen Pemasaran Tahun 2004 ini.
Akhirnya, setelah dirembukkan, lima program studi di Kuala Pembuang dibuka, di antaranya Program Studi Perikanan S-1, Agribisnis S-1, Teknik Sipil S-1, Akuntasi S-1, dan Sistem Informatika S-1. Lalu, tiga program studi di Sampit, yakni Program Studi Managemen S-1, Sistem Informatika S-1, dan Managemen S-2.
”Lima jurusan yang dibuka di Kuala Pembuang itu atas usulan dan rembukan Kepala Dinas Pendidikan, Sekda, dan Darwan Ali. Menurut beliau, lima jurusan ini sangat berperan penting melahirkan putra-putri yang cerdas, yang diharapkan bisa mewujudkan cita-cita beliau membangun Seruyan agar semakin berkembang,” ujarnya.
Belum sampai di situ, izin sudah dikantongi, program studi sudah disepakati, hanya penetapan nama universitas yang belum disepakati. ”Setelah itu, kami berunding dengan keluarga besar, apa baiknya nama universitasnya. Sebagian besar keluarga mengenal Darwan Ali yang memiliki jasa terhadap dunia pendidikan. Kami namakan saja Universitas Darwan Ali,” kata Ali.
Selanjutnya, Ali Kesuma bersama Darwan Ali, Wakil Bupati Seruyan, dan Kepala Dinas Pendidikan makan bersama dan mengusulkan keinginannya yang telah disepakati keluarga besar Ali. ”Bupati atas kesepakatan bersama dengan keluarga, kami ingin nama perguruan tinggi menggunakan nama pian. Bagaimana menurut pian,” ujar Ali menirukan ucapannya saat itu pada Darwan.
Usulan tersebut sempat ditolak Darwan Ali. Namun, karena Ali berserta keluarga sepakat memberikan nama perguruan tinggi dengan nama Darwan Ali, akhirnya disetujui dengan berbagai pertimbangan.
”Saya setuju asalkan makna nama ini adalah makna kita berdua. Saya Darwan dan pian Alinya. Jadi, saya sepakat dinamakan Universitas Darwan Ali dari yang diambil dari nama kita berdua,” ucap Darwan kepada Ali Kesuma.
Sejak itulah hubungan Darwan dan Ali Kesuma ibarat keluarga. Bukan lagi hanya sekadar teman. Meskipun dalam pengelolaannya Universitas Darwan Ali semua dikelola keluarga besar yang bernaung dalam Yayasan Wijaya Kesuma. Namun, sosok Darwan meninggalkan sejarah yang tidak bisa terlupakan, karena di masanya saat itu Darwan pernah memberikan beasiswa kepada semua masyarakat di Seruyan.
”Hingga detik ini, bahkan malamnya sebelum beliau dikabarkan meninggal dunia, saya sempat ingin sekali menghubungi beliau untuk membahas pengembangan pendidikan ke depan. Tetapi, karena khawatir terlalu malam, saya urungkan niat itu sampai akhirnya saya ketiduran dan tengah malam dibangunkan dan dikejutkan dengan kabar duka dari beliau,” ujar Ali.
Dalam beberapa bulan terakhir, sebelum Darwan Ali wafat pada Senin (19/11) sekitar pukul 00.00 WIB, hubungan keduanya semakin intens untuk berencana mengembangkan Unda di Palangka Raya dan Depok. Namun, rencana itu kemungkinan tak berlanjut.
”Saya tidak yakin itu bisa berlanjut. Itu akhirnya menjadi kenangan. Mudah-mudahan di sisa hidup, saya tetap bisa melanjutkan dan mempertahankan perguruan tinggi di Seruyan,” ujarnya.
Belum lama ini Ali juga berencana ingin membangun pendidikan di Hanau dan di Danau Sembuluh, tanah kelahiran sekaligus tempat pemakaman Darwan Ali. ”Kemarin saya dari pagi sama ibu berkunjung ke Hanau. Ada keinginan mengembangkan pendidikan di sana. Saya berharap ini dapat terwujud dan didukung berbagai pihak,” pungkasnya. (***/ign)