PROKAL.CO,
Rotan pernah perkasa menyangga kehidupan. Sebuah aturan kemudian menghancurkan angan para pemburu hasil hutan. Larangan ekspor rotan mentah membuat petani nyaris menyerah. Mereka berharap ada cahaya di tengah gelapnya perekonomian.
HENY, Sampit
Hangatnya sinar matahari pagi, Jumat (13/3), menemani perjalanan Radar Sampit menuju Kecamatan Kotabesi, Kabupaten Kotawaringin Timur. Motor matik yang ditunggangi wartawan koran ini meluncur mulus di aspal Jalan Tjilik Riwut, ruas Trans Kalimantan poros selatan.
Kecamatan Kotabesi merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Sampit. Jarak tempuhnya sekitar 30 kilometer atau 30 menit berkendara dengan kecepatan rata-rata sekitar 60 km/jam.
Di lokasi, Radar Sampit mengarahkan kuda besi menuju salah satu gudang di Jalan Diponegoro. Gudang itu milik seorang pengusaha rotan yang cukup masyur di wilayah itu.
Setelah menunggu beberapa saat, dua pria mendekat dari kejauhan. Mereka adalah petani rotan yang sedari tadi dinanti, Rahmat Hidayat (30) dan Edi Sugianto (47).