PROKAL.CO,
SAMPIT – Pakaian adat yang digunakan Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Supian Hadi dan Wakil Bupati Kotim Taufiq Mukri pada upacara peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-68 Kabupaten Kotim Kamis (7/1) lalu menuai polemik. Pakaian itu dinilai tak menggambarkan ciri khas masyarakat adat Dayak di Kotim.
”Kenapa kepala daerah dan wakilnya harus menggunakan pakaian seperti itu dalam perayaan HUT Kotim tahun ini. Tidak hanya saya, tetapi banyak juga masyarakat yang bertanya pakaian adat yang digunakan itu dari daerah mana? Tidak ada yang identik dengan masyarakat adat kita di Kalteng, khususnya di Kotim ini,” kata Anggota Komisi I DPRD Kotim Rimbun, Jumat (8/1).
Rimbun menuturkan, dia menyoal pakaian adat itu karena selama ini tak pernah melihat jenis pakaian adat Kotim. Kepala daerah dan wakilnya sebagai simbol daerah yang umumnya masyarakat suku Dayak, kata Rimbun, merindukan kepala daerah mengenakan pakaian adat Dayak.
”Sebuah kebanggaan bagi masyarakat jika pakaian yang digunakan memang menggambarkan kedayakan itu sendiri. Tetapi, dengan pakaian yang dipakai saat momentum perayaan HUT Kotim, jauh dari harapan dan ini hendaknya jadi evaluasi dan pembelajaran pihak terkait,” kata politikus PDI Perjuangan tersebut.
Pria yang juga tokoh pemuda Dayak Kotim itu juga menilai, Taufiq Mukri yang menjabat Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kotim justru terkesan tidak paham. Seharusnya, pakaian adat Dayak sudah ada klasifikasi.
”Paling aneh lagi justru Ketua DAD kita, Pak Taufiq sebagai panutuan orang Dayak justru ikut mengenakan pakaian yang bukan milik orang Dayak. Ini sangat kami sesalkan,” ujarnya.