PALANGKA RAYA – Penjabat Gubernur Kalteng Hadi Prabowo tinjau RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya. Peninjauan tersebut dilakukan untuk melihat pelayanan terhadap pasien, khususnya pasien infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) korban bencana asap yang membludak.
Pantauan koran ini, saat tiba di RSUD, Hadi Prabowo langsung meninjau beberapa ruangan. Bahkan, ia juga sempat berbincang dengan pasien yang mengantri di ruang tunggu pemeriksaan.
Saat Hadi melakukan peninjauan, pasien cukup banyak yang berobat. Ruang tunggu pun penuh oleh pasien, yang kebanyakan adalah lansia (lanjut usia) dan anak-anak. Bahkan, ada pasien yang rela mengantri selama 2 jam lebih untuk dapat pemeriksaan dan perawatan kesehatan, seperti yang dialami Hamsani.
"Saya sudah mengantri dari pukul 08.00 WIB, jadi sudah 2 jam lebih sampai sekarang pukul 10.20 WIB. Saya ingin periksa saja, karena tenggorokan agak sakit," kata Hamsani.
Usai meninjau rumah sakit, Hadi mengatakan, pemerintah terus mewaspadai penyakit yang disebabkan oleh bencana asap.
"Ya kita akan mewaspadai dampak penyakit yang ditimbulkan oleh asap. Kita dengan para dokter Doris Sylvanus dan dokter di Kalteng untuk memberikan pencegahan dan pengobatan," ucapnya.
Menurutnya, kondisi kabut asap yang makin parah memang sulit bagi masyarakat untuk berkativitas, khususnya yang terserang penyakit asma dan paru.
"Kalau asap begini penderita asma dan paru akan cepat terserang dan mudah kambung. Untuk itu, kita terus berupaya semaksimal mungkin agar kebakaran di Kalteng bisa diatasi dan berdoa agar hujan segera turun," ujarnya.
Meskipun banyaknya pasien ISPA yang dirawat akibat kabut asap. Bahkan ada yang meninggal di Sampit. Pemerintah belum mengeluarkan status KLB terkait pencakit ISPA akibat asap. "Belum, kita belum tetapkan ini sebagai KLB. Namun, kita harus waspadai agar tidak sampai menelan korban jiwa," tandasnya.
Sementara itu berdasarkan data, kasus ISPA yang ditangani oleh RSUD dr Doris Sylvanus meningkat tajam akibat bencana kabut asap yang makin parah. Pasalnya, baru pertengahan September kasus ISPA yang dirawat inap sudah menyamai kasus ISPA rawat inap pada bulan Agusutus, yakni 18 kasus. Dan sejak Januari hingga 17 September sudah 108 kasus IPSA rawat inap dan 905 kasus ISPA rawat jalan.
"Kasus ISPA yang kita tangani di RSUD Doris Sylvanus 3 bulan terakhir mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Di mana, peningkatan tersebut sebesar 30 persen," kata Direktur RSUD Doris Sylvanus Rian Tangkudung, Kamis (17/9).
Dijelaskannya, penanganan pada bulan September ini kasusnya sudah sama pada bulan Agustus, jadi ada tren peningkatan. Pada Agustus ISPA 18 kasus yang rawat inap dan 126 kasus rawat jalan. Sementara sampai 17 September kasus ISPA yang kita tangani 18 kasus rawat inap dan 58 kasus rawat jalan. Dan sejak Januari sudah 108 kasus IPSA rawat inap dan 905 kasus ISPA rawat jalan.
Secara medis, asap yang ditimbulkan dari sisa kebakaran tersebut mengandung karbon monoksida. Dan itu akan terikat di dalam darah.
"Di mana itu akan mengganggu proses peredaran darah. Pasien-pasien tersebut akan merasa mual dan pusing. Badannya lemas, kemudian otot-otot menjadi lemas," tegasnya.
Jika asap dari sisa kebakaran yang mengandung karbon monoksida masuk dalam saluran pernapasan. Dan itu akan menimbulkan infeksi saluran pernapasan akut.
"Gejalanya sakit tenggoran, batuk-batuk. Terburuknya, jika pasien ISPA ada penyerta lain akan mengakibatkan kematian," tandasnya. (arj/vin)