SAMPIT – Bantuan terhadap warga yang terdampak banjir di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus mengalir. Wakil Bupati Kotim Irawati bersama rombongan menyalurkan langsung bantuan beras dan paket bahan pokok untuk korban bencana di Desa Tumbang Sangai, Kecamatan Telaga Antang, Kamis (26/8).
”Kedatangan kami ingin melihat langsung kondisi masyarakat yang terdampak banjir. Sekalian menyalurkan bantuan paket bahan pokok untuk masyarakat,” kata Irawati.
Irawati mengaku prihatin terhadap kondisi masyarakat yang rumahnya terendam banjir. Ketinggian banjir di Desa Sangai bisa mencapai 1,5 meter. Di titik tertentu, banjir mencapai bahu orang dewasa. Sebagian besar rumah warga yang di dataran rendah sudah terendam.
Meski demikian, kata Irawati, warga sudah terbiasa menghadapi banjir dan sudah mengantisipasi dengan membangun rumah panggung darurat di dalam rumah untuk tempat beristirahat. Setelah mengunjungi Kecamatan Telaga Antang, Irawati bersama rombongan akan melanjutkan perjalanan mengunjungi Kecamatan Bukit Santuai dan Mentaya Hulu.
Sebagai informasi, bantuan yang disalurkan berupa beras sebanyak 1.530 sak (5 kg per sak) dan 1.160 paket bahan pokok yang diperoleh dari sumbangan berbagai pihak. ”Semoga bantuan yang dikumpulkan secara bersama-sama ini dapat membantu masyarakat yang terdampak banjir,” katanya.
Kepala Dinsos Kotim Rusmiati mengatakan, pihaknya menyediakan bantuan sebanyak 100 paket bahan pokok berisi gula, sarden, minyak goreng, teh, dan kopi. Selain itu, ada pula 200 paket bahan pokok dari Dinsos Provinsi Kalteng yang akan disalurkan untuk korban banjir Kecamatan Bukit Santuai dan 100 paket lagi di Mentaya Hulu. Selain paket bahan kebutuhan pokok, Dinsos Kalteng juga memberikan bantuan selimut, pakaian anak-anak, susu, dan popok.
Sekretaris Camat Telaga Antang Oktav Pahlevi mengatakan, warga yang terdampak banjir di Telaga Antang tercatat sebanyak 1.004 KK yang tersebar di 10 desa dari total 18 desa.
”Untuk Desa Sangai yang terendam banjir cukup parah, sudah menerima bantuan kurang lebih 600 paket sembako yang diserahkan ke kecamatan. Sebagian ada yang langsung diserahkan Wabup Kotim berserta rombongan ke masyarakat yang terdampak banjir,” kata Oktav.
Oktav menuturkan, ketinggian banjir di Telaga Antang berkisar 40 cm – 1,5 meter. Genangan banjir belum surut sejak hujan mengguyur Kotim pada Minggu (22/8) lalu.
”Ini sudah hari keempat. Sebagian besar rumah warga terendam banjir. Kondisi air belum surut. Malam ini di sini cuaca gerimis. Semoga saja tidak terjadi hujan deras. Jika sampai hujan, diperkirakan banjir akan naik lagi,” ujar Oktav.
Oktav melanjutkan, meski banjir, pasokan listrik masih lancar. Dia meminta warga untuk berhati-hati menggunakan peralatan elektronik agar tak kesetrum akibat banjir. Di sisi lain, setelah banjir surut, dikhawatirkan masyarakat akan mengalami serangan penyakit seperti diare, muntaber, dan gatal-gatal.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Muhamad Yusuf mengatakan, sejauh ini ada empat kecamatan yang terdampak banjir, di antaranya Kecamatan Mentaya Hulu, Bukit Santuai, Telaga Antang, dan Antang Kalang.
”Saya bersama Wabup Kotim dan rombongan ikut menyalurkan paket bantuan bahan pokok, sekaligus mendata warga yang terdampak banjir dari pihak kecamatan dan desa setempat. Saat ini diperkirakan genangan banjir mengalami puncaknya. Besok akan dilihat lagi, semoga tidak hujan deras malam ini, kami harapkan air segera surut,” ujarnya.
Selain terhadap warga, bantuan juga mengalir untuk tenaga kesehatan. Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kotim menyalurkan bantuan untuk para tenaga kesehatan yang terdampak banjir.
”Penyaluran bantuan ini sebagai bentuk kepedulian DPD PPNI untuk nakes yang tetap melayani masyarkat," kata Ketua DPD PPNI Kotim Andriansyah.
Ardiansyah memimpin langsung penyaluran bantuan untuk para nakes bersama lima pengurus lainnya. Para pengurus juga meninjau langsung banjir yang merendam Puskesmas Tumbang Penyahuan di Kecamatan Bukit Santuai.
Menurutnya, keadaan puskesmas memprihatinkan karena tenggelam mulai dari halaman sampai dalam ruangan. Pihaknya berharap puskesmas tersebut bisa direlokasi agar tidak kembali dilanda banjir.
”Kami berharap Pemkab Kotim, juga kepada wakil rakyat untuk memikirkan kembali agar bangunan ini bisa direlokasi. Jangan sampai kejadian ini terus-menerus setiap tahun, karena mengganggu pelayanan puskesmas," katanya.
1.577 Jiwa Terdampak
Sementara itu, banjir di Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Barito Utara, sudah merata di 10 desa dan satu kelurahan. Jumlah warga terdampak dari banjir tahunan ini mencapai 1.577 jiwa dan berpotensi bertambah.
Camat Arut Utara Amir Mahmud mengatakan, banjir di wilayahnya terjadi sejak Minggu (22/8) lalu. Banjir semakin meluas dan mengepung seluruh desa dan kelurahan di Kecamatan Arut Utara.
”Banjir sudah merata. Semua desa dan kelurahan di Arut Utara terkena. Ketinggian juga bervariasi, dari 50 sentimeter hingga satu meter lebih,” kata Amir Mahmud.
Sampai kemarin, jumlah rumah yang terendam banjir mencapai 491 unit dengan jumlah penghuni 1.577 jiwa. Kemungkinan jumlah itu terus bertambah karena wilayah ketinggian air yang terus meningkat.
”Seperti di Desa Sungai Dau dan Sambi, ketinggian air turun, sementara desa dan kelurahan lainnya justru bertambah tinggi dan nampaknya semakin luas, karena hujan yang terus terjadi,” katanya.
Dalam kondisi banjir, lanjutnya, warga membutuhkan kecukupan pangan siap santap. Mengingat mereka tidak bisa melakukan aktivitas karena banjir.
Kepala BPBD Kobar Syahruni menambahkan, selain membuat posko baniir di Kecamatan Arut Utara, pihaknya telah menyiagakan personel dan peralatan evakuasi.
”Belasan personel kami siagakan dan mereka selalu bergantian berjaga dengan tim gabungan di posko banjir,” tuturnya.
Menurutnya, meski banjir meluas, masyarakat enggan meninggalkan rumah. Terkecuali dalam kondisi darurat sakit atau rumahnya tenggelam. ”Kebetulan ada perahu milik BPBD, TNI, dan polisi yang siaga. Jadi, setiap ada warga yang minta evakuasi, kami langsung siap. Seperti kejadian Rabu malam, ada lansia yang sakit dan dievakuasi menggunakan perahu karet,” jelasnya.
Masyarakat yang rumahnya banjir enggan menempati lokasi pengungsian. Justru saat setelah dievakuasi, mereka memilih tinggal di rumah keluarga dan sebagian menyewa kos.
”Yang jelas, sesuai instruksi atasan, tempat pengungsian tekah disiapkan di kelurahan dan kantor desa. Begitu juga dapur umum, juga sudah siap di lokasi banjir,” pungkasnya. (hgn/yn/rin/sla/ign)