Setelah sempat merosot diawal pandemi tahun lalu, kini harga rotan dipasaran memiliki nilai jual yang bagus. Stabilnya permintaan rotan di Indonesia dari berbagai negara menjadi angin segar bagi kesejahteraan petani. Petani rotan Kotim berharap harga tak lagi turun.
”Nilai jual rotan basah sekarang Rp 7.000 per kg, rotan kering Rp 20 ribu per kg. Ada kenaikan harga ditingkat pasaran sejak sebulan ini. Sebelumnya, nilai jual rotan basah Rp 5 ribu, bahkan saat pandemi Covid-19 pernah turun Rp 2.300 per kg,” kata Abdul Muhid, pengepul rotan yang sukses mengembangkan usaha rotan di Desa Terantang Hilir, Kecamatan Seranau, Sabtu (6/11).
Dalam seminggu, Abdul menghasilkan 10 ton rotan basah dan 3-4 ton rotan kering yang dijual hingga ke Jawa. ”Setiap minggu di Jumat atau Sabtu, Minggu biasanya petani setor hasil panen rotan. Hasil rotan dari petani saya proses lagi menjadi rotan kering supaya bisa angkat harga,” katanya.
Setiap pengiriman satu truk dapat mengangkut 10 ton rotan basah dan 5 ton untuk rotan kering. Jika menggunakan kendaraan fuso, dapat mengangkut 15 ton rotan.
”Pengiriman rotan ada yang lewat jalur transportasi air, ada juga yang dikirim lewat jalur darat. Dari pemesannya ada yang datang untuk dijual ke Jawa, ada juga yang memesan dari Jawa langsung dari saya,” ujarnya.
Dia menuturkan, Desa Terantang sedikitnya memiliki 30 orang yang bekerja sebagai pengepul rotan. Setiap pengepul dapat menghasilkan 5-10 ton per minggu. Artinya, untuk Desa Terantang saja, dari 30 pengepul dapat menghasilkan rotan hingga 150 ton dari hasil panen petani.
”Di Seranau ini 70 persen warganya bekerja sebagai petani rotan dan 30 persennya bekerja sebagai petani karet dan sawit. Hanya kebanyakan warga hanya mengelola warisan rotan dari hasil turun temurun kakek nenek. Tidak banyak yang menanam rotan mengingat masa tunggu panennya sampai dua tahun,” kata pria yang mengelola 20 hektare lahan kebun rotan ini.
Sebagai salah satu desa penghasil rotan terbanyak setelah Kotabesi, desa ini memiliki hasil rotan berkualitas yang tak kalah dengan kecamatan lainnya. ”Rotan itu ada grade-nya. Dari kualitas terendah sampai kualitas terbaik harganya berbeda-beda,” ucap pengepul yang mampu mempekerjakan 8 petani dan 30 pekerja yang bertugas memproses rotan basah menjadi rotan kering.
Nilai jual rotan dipasaran yang cukup stabil membawa angin segar bagi para petani dan pengepul. ”Petani hanya berharap harga tetap stabil. Kalau bisa harga jual rotan bisa naik lagi. Ini saja kami sudah sangat bersyukur, dapur mengepul setiap hari. Petani diharapkan bisa sejahtera dari hasil rotan,” tandasnya. (hgn/ign)