SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

PALANGKA

Selasa, 15 Maret 2022 13:01
ASTAGA!!! Migor Baru Datang Langsung Ludes, Minyak Jelantah Jadi Incaran, Merek Baru Bermunculan
KOSONG: Minyak goreng yang biasanya melimpah di swalayan, kini sudah kosong karena diborong warga dan hanya menyisakan minyak goreng dengan harga jauh lebih mahal, Senin (14/3). (HENY/RADAR SAMPIT)

SAMPIT – Minyak goreng di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) selama dua bulan terakhir sering langka. Swalayan dan pasar tradisional maupun warung pinggiran yang biasanya menjual migor, sebagian besar kosong. Seperti di warung pinggiran Jalan Ir Juanda, minyak goreng merek Fortune yang menjadi andalan dagangan sehari-hari kosong. Pedagang mengaku belum kebagian jatah minyak goreng dari distributor meskipun sudah melakukan order atau pemesanan.

”Baru hari ini saja kosong. Semua kosong. Tak jual minyak goreng hari ini,” kata pedagang yang meminta namanya tak disebutkan, Senin (14/3). Kekosongan penjualan minyak goreng juga terjadi di Swalayan Bintang. Selama dua hari terakhir, rak pajangan yang biasa diperuntukkan memajang minyak goreng dari berbagai merek semua kosong. Terkecuali minyak goreng kelapa yang dijual dengan harga yang relatif mahal yang masih tersedia.

Pantauan Radar Sampit, dalam beberapa hari terakhir minyak goreng yang dijual di Swalayan Bintang tersedia cukup lengkap dari berbagai merk dan kemasan. Mulai dari Fortune, Sania, Sovia, Tropical, Sabrina, dan sejumlah merek lainnya sempat lengkap dengan penjualan kemasan 1 liter dan 2 liter. ”Order barang itu kalau tidak salah Kamis, pesan Sania 50 dus, Fortune sama. Datang barang langsung dipajang, dua-tiga hari sudah habis. Sekarang kosong, sudah pesan, tapi barangnya belum datang. Saya sudah pesan ke salesnya. Kemungkinan besok dikirim,” kata Anik,  Supervisor Swalayan Bintang, Senin (14/3).

Anik menuturkan, pihaknya sudah menyiasati kekosongan minyak goreng dengan membatasi penjualan maksimal dua liter bagi setiap pelanggan. Namun, tetap saja tidak sampai beberapa hari, minyak goreng yang baru saja dipajang, begitu cepat habis diserbu pembeli. ”Kami sudah batasi penjualan minyak goreng maksimal dua liter per orang. Namanya masyarakat, mana ada  yang tahu, nanti yang beli mamanya, nanti yang beli bapaknya, setelah itu anaknya juga disuruh beli. Kami tak bisa juga mengecek sampai ke situ. Kami hanya bisa membatasi penjualan ke pelanggan. Biasanya pesan minyak satu dus, bisa bertahan satu minggu. Selama tiga bulan ini penjualan cepat habis. Dua-tiga sudah hari habis,” kata Anik.

Dia menduga kekhawatiran masyarakat terkait harga minyak goreng yang semakin tinggi di kemudian hari, mendorong warga memborong minyak goreng setiap ada kesempatan. ”Kami juga tidak tahu minyak goreng langkanya kenapa, siapa yang menimbun? Masyarakat juga ikut-ikutan menyetok minyak goreng, karena mungkin khawatir kalau harga minyak goreng naik. Informasi yang saya dengar, harga subsidi Rp 14 ribu per liter cuma sampai enam bulan saja,” ujarnya. Anik menuturkan, menjelang Ramadan kebutuhan masyarakat terhadap minyak goreng tentu akan meningkat, mengingat masyarakat biasanya menyiapkan makanan untuk menu berbuka puasa dan sahur.

”Kami prihatin juga. Apalagi sebentar lagi mau Ramadan. Biasanya permintaan minyak goreng meningkat. Apalagi pedagang yang berjualan takjil memerlukan minyak goreng dalam jumlah banyak. Apa boleh buat, kalau kami ini, ada barangnya ya dipajang. Sebelum habis selalu order. Tapi kalau barangnya memang belum dikirim dari distributor. Kami hanya jual minyak goreng premium saja,” katanya.

Anik menambahkan, pada dasarnya distributor mengalokasikan minyak goreng secara merata. Setiap merek minyak goreng memiliki distributor masing-masing di Kotim. ”Tidak hanya untuk Swalayan Bintang saja, tapi dibagi-bagi juga ke yang lain. Dari distributor di sini ya enak saja, asal ada barang pasti dikirim. Persoalannya, pengiriman minyak goreng semua dari Pulau Jawa dan untuk minyak goreng kemasan bantalan pengiriman dari Pangkalan Bun. Distribusi pengiriman barang dari Jawa ke Kotimnya itu yang kadang-kadang lama. Saya juga tidak tahu penyebabnya kenapa,” katanya. Sementara itu, penjualan minyak goreng di minimarket Jalan Ahmad Yani juga terpantau kosong. Pihaknya mengaku mendapat barang tak menentu. ”Barang datang dari Banjarmasin tidak menentu. Hari ini ada barang, tapi tak ada minyak goreng. Kalau pun datang, hanya enam dus, tak banyak,” kata salah seorang kasir.

Berbeda halnya dengan penjualan minyak goreng di minimarket Jalan Letnan Jenderal MT Haryono. Minyak goreng terpantau aman tersedia dari berbagai merek, seperti Fortune, Sania dan Bimoli kemasan 2 liter. ”Semua merk harganya sama. Jualnya Rp 28 ribu per 2 liter,” kata salah seorang karyawan minimarket tersebut. Lain halnya penjualan di Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit. Pedagang yang berjualan minyak goreng rata-rata tak ada yang menjual dengan harga mengikuti ketetapan pemerintah. Harga jual untuk minyak goreng merk M & M kemasan bantalan satu liter, dijual Rp 15 ribu dan merek Sedaap kemasan 2 liter dijual Rp 22 ribu.

”Mana bisa kami jual harga Rp 14 ribu. Saya mencari minyak goreng saja susah. Kesana-kemari ambil sudah dua tiga tangan. Ada yang ngambil sudah di harga Rp 14 ribu, ambil untung seribu saja. Saya cuma kebagian satu dus saja untuk merek M & M. Itu pun barang datang tidak menentu,” kata Firman, pedagang PPM. Siti, pedagang minyak goreng mengaku kesulitan mencari minyak goreng untuk dijual lagi.

”Susah sekarang memesan minyak goreng. Pesan dua tiga hari dapat jatahnya enggak banyak,” katanya.
Siti menjual minyak goreng dari berbagai merek, seperti Fortune kemasan 1 liter dijual Rp 17 rribu, Sovia  per liter dijual Rp 17 ribu, Hemart kemasan botol per liter dijual Rp 17 ribu, Sania per liter dijual Rp 17 ribu, dan untuk kemasan 2 liter dijual Rp 34 ribu, Sunco kemasan 2 liter dijual di kisaran Rp 30-34 ribu, dan Tropical kemasan 2 liter dijual Rp 30 ribu. Selain minyak goreng kemasan pabrik, dia juga menjual minyak curah atau minyak jelantah yang dikemas dalam botol tanggung seharga Rp 10 ribu dan untuk kemasan botol 1,5 liter dijual Rp 20 ribu.

”Untuk merk M & M kemasan bantalan 1 liter saya jual Rp 15 ribu. Barang datang tak menentu, tiga hari sekali, dijatah satu dus, malah ada yang dapat hanya setengah dus isi 6 kemasan bantalan per liter,” katanya. Pantauan Radar Sampit, kelangkaan minyak goreng juga membuat berbagai merek baru bermunculan. Di antaranya, merek Cammila, Cemara, Tawon, Promoo, Mamamia, Siptop, Resto, Jujur, dan merk lainnya. Merek minyak goreng yang cukup dikenal masyarakat, seperti Filma, Kunci Mas, Rose Brand, dan Bimoli, jarang beredar di pasaran. Triyono, warga Baamang  mengaku ikut-ikutan mengantre demi mendapatkan minyak goreng curah dengan harga yang relatif murah. ”Ikut ngantre juga saya waktu ada jual minyak curah harga Rp 10 ribu. Mau nyari minyak goreng agak susah, sudah nyetok beberapa liter, sekarang sudah habis. Mau tak mau pakai minyak curah. Mau murah atau agak mahal ya tetap dibeli,” tandasnya. (hgn/ign)


loading...

BACA JUGA

Selasa, 08 September 2015 21:50

Ratusan PNS Masih Mangkir, Laporkan Harta Kekayaan

<p>SAMPIT &ndash; Sebanyak 240 Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara di lingkup…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers