Setelah pemerintah mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET), harga minyak goreng di Kota Cantik Palangka Raya paling murah mencapai Rp 25 ribu per liternya, untuk yang kemasan. Padahal, pemerintah telah mengatur harga minyak goreng curah sebesar Rp 14 ribu per liter dengan bantuan subsidi. Hal ini tentunya membuat masyarakat kembali resah. Hasil pantauan media ini di Pasar Besar Palangka Raya, sejumlah minyak goreng kemasan kini naik rata-rata menjadi Rp 25 Ribu per liter. Padahal sebelum HET dicabut, harga minyak goreng kemasan masih berkisar antara Rp 16 ribu per liter di pasar tradisional dan Rp 17-18 ribu per liter di swalayan serta pasar modern.
"Ya kalau kemarin sebelum ada info HET dan subsidi minyak goreng dicabut, harganya masih Rp 16 Ribu per liter. Sekarang kami mengikuti kebijakan pemerintah dengan harga Rp 25 ribu per liternya,” kata Rusdiah , salah seorang pedagang di pasar besar Palangka Raya, Sabtu (19/3). Selain itu, stok minyak goreng dengan merk ternama seperti Bimoli, Sunco, Sania dan yang lainnya masih sangat sulit didapatkan. Kalaupun ada,menurutnya terjadi saling membeli antar pedagang bukan dari distributor, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan di tokonya. “Distributor ini seminggu hanya 2 kali datang. Itupun dibatasi tidak boleh banyak. Itu juga sudah cukup bagus, tidak sampai benar-benar kosong minyak gorengnya di toko saya,” papar Rusdiah.
Selain itu, Lina salah seorang pembeli yang saat itu berada di lokasi, mengatakan bahwa saat ini selain sulit mendapatkan minyak goreng di warung-warung. Ia menilai harganyapun cukup mencengangkan pasalnya yang dulunya hanya Rp 19-Rp 20 ribu dua liter kini mencapai Rp 50-Rp 60 ribu untuk dua liternya.
“Dulu biasa beli dua liter cukup Rp 20 ribu atau Rp 23 ribu, sekarang untuk satu liter saja sudah Rp 25 ribu. Sementara kalau saya merasa kebutuhan minyak goreng ini cukup banyak, apa lagi mendekati ramadan seperti sekarang. Saya berharap semoga harga minyak goreng bisa normal kembali,” pungkasnya. (agf/gus)