Guna mengantisipasi penyebaran wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) pada hewan ternak di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), pemeriksaan klinis dilakukan terhadap sapi di penampungan. mulai dari wilayah perkotaan hingga di Kecamatan Telawang.
=======
Pemeriksaan tersebut dilakukan Dinas Pertanian Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) bekerja sama dengan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Karantina Pertanian, dan Balai Veteriner Banjarbaru Kalimantan Selatan (Kalsel).
Sebanyak 26 sapi diambil sampel. Pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan sampel yang dikirim Balai Veteriner Banjarbaru ke Pusat Vetenarian Farma Surabaya. Hasil pemeriksaan diperkirakan baru selesai 3-4 hari ke depan.
Kepala Dinas Pertanian Kotim Sepnita melalui Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kotim Endrayatno mengatakan, pemeriksaan yang dilakukan pada Rabu (11/5) lalu di sejumlah penampungan terhadap hewan ternak, dilakukan untuk mengetahui status wilayah Kotim saat ini.
”Pengambilan sampel terhadap 26 sapi di penampungan untuk diagnosa agar ke depan bagaimana mengurangi kerugian. Kami serius menghadapi ini," tegasnya.
Sebanyak 26 sapi yang diambil sampel merupakan ternak yang didatangkan dari Pangkalan Bun yang berasal dari Jawa, Seperti Lumajang, Pamekasan, dan Bangkalan. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan alur sapi yang masuk, yang dikhawatirkan telah terjangkit virus PMK yang telah merebak di Jawa Timur. Apabila ditemukan ada sapi positif PMK, pihaknya berharap secepatnya melakukan pengendalian yang tepat.
”Ini baru indikasi, karena ada beberapa sapi yang bergejala, tapi juga ada penyakit mirip ini, sehingga untuk memastikan harus hasil diagnosis. Daripada kami bilang tidak ada ternyata hasil pemeriksaan ada, akan sulit lagi penanganannya," ujarnya.
Pihaknya tidak hanya melakukan pelacakan di penampungan sapi, tetapi juga terhadap ternak di luar penampungan. Wabah PMK yang terjadi membuat pihaknya meningkatkan kewaspadaan untuk melakukan antisipasi yang sangat tinggi, karena sangat menular pada ternak.
”Harapan kami, penyakit itu berhenti di daerah penampungan. Kalau ke mana-mana, kami tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat," ujarnya.
Meskipun tingkat kematian dari wabah PMK cukup rendah, namun penyebaran penyakit yang cukup cepat dikhawatirkan dapat mengganggu populasi, sehingga berharap dapat memutus mata rantai penyebaran wabah. Masa inkubasi dari virus PMK selama dua minggu, namun virus itu dapat bertahan lama di tubuh sapi.
”Kami sedang menunggu vaksinnya, karena vaksin menunggu hasil uji sampel. Kalau tidak divaksin, virus itu bisa bertahan selama dua tahun. Jadi harus divaksin biar mati virusnya," ujarnya.
Meningkatkan kewaspadaan terhadap wabah memang perlu dilakukan. Namun, dia mengimbau agar masyarakat tak khawatir secara berlebihan, karena virus PMK tidak menyebar ke manusia. Hanya mengancam ternak di sekitarnya.
Apabila menemukan gejala pada ternak sapi, seperti luka pada kuku, demam, ada luka pada bagian lidah, seperti sariawan dan sapi terus mengeluarkan air liur, agar segera menyampaikan kepada petugas untuk dilakukan pengobatan.
”Yang kami lakukan sementara survei, ambil sampel, dan edukasi. Kalau ketemu kami obati," ujarnya.
Pihaknya juga menyampaikan edukasi melalui petugas di kecamatan agar peternak yang ada di wilayahnya meningkatkan kewaspadaan. Minimal dengan rutin membersihkan kandang ternaknya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kotim Sepnita mengimbau peternak, khususnya sapi dan kambing agar memperhatikan ternaknya dan menyesuaikan dengan gejala klinis yang diberikan petugas dinas.
”Apabila ada gejala klinis yang ditemui, bisa diinformasikan kepada petugas kami, sehingga kami bisa melakukan survei apakah hewan yang dimiliki peternak itu memang ada indikasi ke arah PMK," katanya.
Dia juga meminta peternak menahan diri. Tidak menjual ternak dengan harga murah, karena adanya kekhawatiran terhadap virus tersebut. ”Misalnya, karena ada rasa takut dari masyarakat bahwa hewan itu akan terdampak virus PMK, lalu berusaha menjual murah ternaknya. Sepanjang tidak ada tanda klinis, tetap pertahankan. Mudah-mudahan Kotim tidak merupakan daerah yang terdampak, masih terduga saja," tandasnya. (yn/ign)