Bencana yang menerjang Kabupaten Kotawaringin Barat tak melumpuhkan kreasi warga. Terjangan banjir membawa warga berdamai dengan alam. Mereka kembali ke zaman bahari.
KOKO SULISTYO-radarsampit.com, Pangkalan Bun
Perkampungan Raja Seberang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, terisolasi dan berubah menjadi perkampungan air. Daratan tak lagi terlihat. Bahkan, jembatan kayu yang menjadi akses jalan warga juga tertutup pekatnya warna air banjir. Tidak ada lagi terdengar hiruk-pikuk suara deruman mesin kendaraan roda dua yang melintas di perkampungan tua di bantaran Sungai Arut. Sejak banjir menerjang, suasana berubah sepi. Terlebih malam hari. Hanya suara kodok bersahutan yang meramaikan. Banjir merendam seluruh permukiman warga. Tidak ada satu pun rumah yang lolos dari terjangan air. Sebagian kecil warga memilih keluar kampung dan mengungsi. Baik ke rumah sanak saudara, maupun menempati kos. Sebagian besar lagi memilih tetap bertahan di rumah yang kebanjiran.
Terputusnya akses jalan membuat warga berinisiatif membuat perahu dari bahan triplek. Perahu triplek itu digunakan warga sebagai alat transportasi menuju sungai untuk sekadar buang hajat maupun untuk keperluan lainnya. Termasuk berbelanja sayur-mayur di rumah warga yang berjualan.
Pemuda setempat membuat beberapa unit perahu triplek yang disiapkan di tepi sungai. Siapa pun diperbolehkan jika ingin menggunakan perahu tersebut. Khususnya untuk mengantarkan warga menuju rumah, terutama anak-anak. Tingginya air yang merendam jembatan menuju permukiman dinilai sudah membahayakan anak-anak, sehingga inisiatif pemuda dan warga membuat perahu triplek diapresiasi. Hal itu sangat dirasakan manfaatnya dalam kondisi darurat.
Tokoh pemuda Kelurahan Raja Seberang, Wardiman, mengatakan, banyak warga lanjut usia memerlukan alat transportasi air yang bisa menjangkau wilayah dalam permukiman. Termasuk balita dan pelajar yang menempuh pendidikan di sekolah yang tidak terdampak banjir. Dengan kondisi seperti saat ini, warga berinisiatif dan secara swadaya membeli bahan untuk pembuatan perahu triplek tersebut.
”Pembuatan perahu triplek itu kami lakukan secara swadaya, mengingat banyaknya warga lanjut usia memerlukan alat transportasi. Jadi, kami berinisiatif membuat perahu itu guna memudahkan melakukan aktivitas,” ujarnya. Dia menambahkan, perahu triplek tersebut juga bermanfaat sebagai sarana penunjang untuk mendistribusikan bantuan ke rumah warga yang terdampak banjir. Untuk sementara ada enam unit perahu yang selesai dibuat. Selebihnya, banyak warga yang membuat perahu triplek. Perahu triplek yang dibuat warga juga dimanfaatkan untuk berbelanja sayur. Salah satunya Eman, warga RT 02 Raja Seberang. Dia terlihat santai mengayuh perahu tripleknya menuju salah satu warung kecil di simpang empat permukiman warga setempat.
”Perahu ini menjadi alat transportasi sehari-hari saat banjir. Untuk ke sungai buang hajat maupun untuk keperluan membeli kebutuhan sehari-hari, termasuk sayuran, karena jembatan sudah banyak lubang dan air juga tinggi,” katanya. Sebagai informasi, perahu triplek merupakan perahu permainan anak-anak sungai sejak dahulu kala. Bahkan, di era 80-an, saat kondisi sungai masih jernih, perahu triplek menjadi permainan kegemaran anak-anak sungai setempat. (***/ign)