Banjir besar yang terjadi di Derah Aliran Sungai Arut dan Lamandau beberapa waktu lalu membawa berkah bagi masyarakat. Para pemancing kini sedang panen udang galah. Setiap harinya DAS Lamandau dan DAS Arut (simpang tiga) yang berada di kawasan SM Lamandau, Kelurahan Mendawai, Kecamatan Arsel, Kabupaten Kotawaringin Barat dipenuhi dengan puluhan perahu kelotok warga yang memancing.
Selain menggunakan umpan anak udang hidup, mereka juga menggunakan umpan cacing tanah dan cacing Nipah, bukan hanya warga yang ketiban rezeki mendapatkan puluhan udang galah, tapi penjual cacing juga meraup untung. Untuk satu ons cacing tanah dihargai Rp30 ribu, meski mahal tidak sedikit pemancing yang memesan kepada mereka. Biasanya para pemancing bertolak menuju spot memancing di Pendulangan (Tanjung Putri) atau ke kawasan Rasau Lamandau arah Kecamatan Kotawaringin Lama pada subuh atau pagi hari dan pulang menjelang magrib.
Satu pemancing bisa memperoleh hingga puluhan udang galah berbagai ukuran dengan berat keseluruhan lebih dari 3 kilogram. Biasanya udang dijual kembali dengan harga Rp150 ribu per kilogram. Salah seorang pemancing warga Kelurahan Raja Seberang, Yudi mengatakan, spot terbaik memancing udang galah ada di Pendulangan dan di Rasau Lamandau (arah Kotawaringin Lama). Di dua spot tersebut biasanya disukai oleh para penghobi mancing lantaran udang galahnya masih terbilang banyak. “Kalau sebelum banjir kemarin sulit udang, paska banjir warga berbondong-bondong berangkat mancing, lumayan selain untuk makan keluarga juga ada yang dijual,” ujarnya, Minggu (15/1). Pemancing lainnya, Bani mengaku dalam sekali memancing hingga 30 ekor yang ia dapatkan, paska banjir awal bahkan ia bisa mendapatkan udang sampai 50 ekor udang galah berbagai ukuran.
Menurutnya bila DAS Lamandau dan DAS Arut bebas dari aktivitas illegal fishing, maka sumber daya perikanan di sungai akan terjaga, ekosistem akan berjalan sesuai dengan siklusnya. Namun, bila penyetrum dan peracun mulai beraksi, dipastikan ikan dan udang akan habis dan pemancing akan kesulitan mendapatkan ikan.”Tapi sulit diberantas, karena sembunyi-sembunyi, meski sudah banyak yang ditangkap tetapi bila lengah mereka kembali beraksi,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, dahulunya di hulu Sungai Arut, sumber daya perikanan sangat kaya, namun karena aktivitas meracun marak, sangat sulit mendapatkan ikan. Apalagi setrum dengan kekuatan yang besar, jangankan ikan-ikan kecil buaya juga pingsan dibantai setrum. “Kuncinya hanya di penyetrum dan peracun ikan, kalau mereka tidak beraksi maka sumberdaya perikanan akan melimpah di Sungai Arut dan Sungai Lamandau,” pungkasnya. (tyo/sla)