KUALA KURUN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunung Mas (Gumas) melakukan pertemuan dengan internasional partnership workshop on indigenous people's right yang tergabung dalam Lembaga Gereja Internasional United Evangelical Mission (UEM). Kedatangan rombongan itu untuk mempelajari tentang hak-hak masyarakat adat.
"Mereka ke sini untuk mempelajari lebih dalam terkait masyarakat adat, budaya, dan hukum adat. Apalagi mereka mendengar bahwa Kabupaten Gumas memiliki hutan adat terluas se-Indonesia," ucap Bupati Gumas Jaya Samaya Monong, Kamis (12/10) sore.
Rombongan UEM berasal dari berbagai negara, seperti Jerman, Kongo, Indonesia, dan Tanzania. Mereka akan berada di Kabupaten Gumas selama beberapa hari ke depan untuk mengunjungi Betang Damang Batu di Desa Tumbang Anoi dan Betang Toyoi di Desa Malahoi. Tujuannya, mempelajari masyarakat adat di Gumas.
"Mereka akan bermalam dan menemui masyarakat untuk berinteraksi dan mengenal lebih jauh kehidupan masyarakat adat di Kabupaten Gumas," ujarnya.
Dia menyambut baik dan berharap kedatangan rombongan lembaga gereja internasional UEM dapat mendukung serta menjadi pemantik dari perkembangan pariwisata, sesuai dengan salah satu program unggulan yakni smart tourism.
Sementara itu, Kepala Kantor UEM wilayah Asia Pdt Petrus Sugito menuturkan, Gunung Mas menjadi salah satu kabupaten di Indonesia yang berhasil dalam memperjuangkan hak-hak adat masyarakat, dan mendapatkan pengakuan hutan adat.
"Kami ingin belajar dan meniru kisah sukses itu, sehingga setelah nanti dapat diimplementasikan di daerah lain," tuturnya.
Selama berada di Kabupaten Gumas, ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan, seperti berdiskusi dengan damang dan mantir tentang detail hukum adat, serta mengunjungi dua rumah betang untuk belajar dari masyarakat sekitar terkait budaya adat.
"Setelah ke sana, kami akan melakukan diskusi terkait dari hasil kunjungan tersebut untuk menarik kesimpulan, yang nanti diimplementasikan di daerah lain," pungkasnya. (arm/yit)