SAMPIT-Data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sempat mengalami anomali. Pada 11 Oktober pukul 05.00 WIB,  data ISPU  mencapai 1.358 Particulate Meter 2,5 (PM2,5) atau sangat berbahaya, lalu menurun drastis menjadi 67 PM10 atau kualitas sedang pada pukul 07.00 WIB.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Joni Parwoto saat rapat evaluasi status tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Gedung Pusdalops Kantor BPBD Kotim, Senin (16/10).

"Hasil pemantauan kami di tanggal 11 Oktober terjadi anomali data yang semula bagus, melonjak berbahaya," ujarnya. 

Terkait hal tersebut, pihaknya  konfirmasi ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk meminta pemeliharaan alat dan validasi data ulang oleh KLHK.

"Kamis sudah konfirmasi ke KLHK. Kemudian data itu divalidasi kemudian dipandu oleh pusat untuk beberapa hal yang memang alat harus dibersihkan. Tapi bukan kalibrasi. Karena kalibrasi bukan kewenangan kami," tuturnya. 

Sesuai dengan SOP, kalibrasi dilakukan oleh KLHK empat bulan sekali. Untuk alat yang ada di Kotim perkiraan akhir Oktober akan dikalibrasi.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Pak Wamena, meminta tolong, karena Kotim ini jadi pantauan terus. Tanggal 11 Oktober itu kita buat surat resmi ke KLHK. Mohon kalibrasi karena terjadi anomali," ungkapnya.  

Joni memastikan bahwa anomali data ISPU terjadi hanya pada 11 Oktober. Pihaknya juga sudah menyurati kementerian untuk memandu dalam hal pemeliharaan alat. 

"Kita sudah surati kementerian untuk memandu kita membuka alat untuk kita bersihkan alat sesuai dengan panduan, karena kita tidak berani membuka alat itu kalau tidak ada surat perintah. Saat ini sudah dibersihkan dan sudah kembali normal. Anomali itu yang membuat kita membuat surat, jangan sampai terjadi seperti ini lagi," tandasnya. 

Diakuinya pada 11 Oktober data ISPU Kotim melonjak hingga berwarna hitam. Namun setelah pemeliharaan alat, ISPU sudah kembali normal.  "Kami pastikan hanya tanggal itu saja tidak akurat," tutupnya.  (yn/yit)