Seorang bocah asal RT 05, Kelurahan Mendawai Seberang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), diterkam buaya saat mandi di Sungai Arut, Sabtu (25/11/2023) pukul 10.15 WIB. Korban yang diketahui berstatus pelajar kelas IV, SDN 4 Mendawai Seberang, bernama Habil (10). Dia dibawa buaya ke dasar sungai. Terlihat beberapa kali buaya tersebut muncul ke permukaan dengan tubuh korban yang berada di mulutnya.
Warga berupaya dengan berbagai cara agar buaya melepaskan korban saat muncul ke permukaan. Namun buaya tersebut seolah mengerti dan kembali tenggelam dengan mulut masih mencengkeram korban. Hal itu berulang beberapa kali, bahkan sejumlah orang tua yang dikenal mampu mengendalikan buaya dipanggil dan melakukan ritual-ritual khusus. Diduga kesabaran warga dan keluarga sudah habis, mengingat korban dalam penguasaan buaya sudah beberapa jam. Atas kesepakatan warga, beberapa perahu getek dan speedboat kemudian mencoba mengepung satu titik yang diduga buaya akan muncul, mereka menunggu dengan sabar, hingga buaya tersebut menampakan diri.
Dengan sigap beberapa warga segera mengayunkan tombak yang sudah terikat tali, beberapa kali hujaman warga mengenai tubuh buaya, hingga tidak berdaya. Saat berhasil di tangkap warga tidak menjumpai korban, warga menduga korban sudah berada dalam perut buaya berukuran besar itu. Belasan orang mencoba menarik paksa buaya yang sudah terikat ke daratan, dan membelah isi perutnya, namun korban tidak dijumpai.
Kepala SKW II Pangkalan Bun BKSDA Kalteng Dendi Setiadi sudah berupaya memberikan pengertian dan berharap buaya tersebut dapat ditranslokasi ke habitatnya. “Saya berharap buaya bisa ditranslokasi tetapi masyarakat serta keluarga meminta untuk dibunuh dengan harapan menemukan korban,” terangnya. Setelah dibedah, ternyata korban tidak berada di perut buaya. Ia mengungkapkan bahwa hingga saat ini tim gabungan masih berupaya melakukan pencarian dengan menyisir sungai guna menemukan korban. Menurutnya, peristiwa serangan buaya kepada manusia berdasarkan data yang ada di BKSDA baru terjadi kembali setelah 10 tahun terakhir. “Seringkali kita upayakan mitigasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas di sungai dan tidak pelihara ternak serta buang sampah di sungai agar tidak ada perubahan perilaku,” ungkapnya.
Ia meyakini bahwa perilaku buaya menjadi agresif lantaran pakan di alam semakin sedikit karena ekosistem di Sungai Arut sudah banyak kerusakan. (tyo/yit)