Warga Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau kelimpungan. Pasalnya, hampir sepekan ini gas elpiji subsidi 3 kg mengilang dari pasaran alias langka. Semua pangkalan kosong, termasuk warung-warung kecil. Hal tersebut membuat sejumlah warga terpaksa kembali memasak secara tradisional. Melliyana, warga Nanga Bulik, misalnya, mengaku harus memasak menggunakan kayu api agar keluarganya tetap bisa makan. ”Dari tadi pagi keliling Nanga Bulik, tidak ada yang jual gas tiga kilogram,” katanya, Kamis (21/12/2023).
Salah satu pemilik pangkalan di Nanga Bulik, Suyati, mengatakan, sudah dua pekan ini pengiriman jatah elpiji terlambat. Akibatnya, banyak pelanggannya yang tidak mendapatkan gas sebagaimana mestinya. ”Ada pangakalan yang ditahan Pertamina, seperti yang tidak memenuhi laporannya, yaitu berapa elpiji dikirim dan juga NIK KTP masuk, karena mulai penerapan aplikasi mypertamina subsidi,” ujarnya.
Terpisah, pedagang kelontongan yang kerap menjual gas elpiji eceran mengaku tidak tahu pasti penyebab gas subsidi tersebut langka belakangan ini. ”Kalau agen yang biasa saya ambil, katanya lagi perpanjangan kontrak. Perizinannya agak panjang katanya. Urusnya sampe ke Sampit dan Palangka Raya. Agen yang satunya lagi bilang jatahnya dikurangi. Kalau saya jual masih Rp35 ribu, cuma sudah seminggu lebih saya belum dapat kiriman,” katanya.
Akan tetapi, lanjutnya, untuk gas elpiji 5 dan 12 kg, justru turun harga dari biasanya. Yakni, elpiji 12 kg turun Rp5 ribu per tabung, sedangkan yang 5 kg, turun Rp2.000 per tabung. (mex/ign)