PULANG PISAU – Persoalan lingkungan hidup di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) masih banyak yang harus ditangani ke depannya. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Hendri Arroyo menyampaikan, pihaknya terus berjibaku untuk mengatasi permasalahan lingkungan secara optimal.
Antara lain mencegah terjadinya kerusakan hutan, mencegah menyusutnya populasi satwa liar dilindungi, mencegah pencemaran air, udara, dan hingga mengatasi bahaya sampah plastik di kabupaten berjuluk Bumi Handep Hapakat itu.
Ditegaskannya, upaya dalam menjaga kestabilan lingkungan adalah suatu pengingat dalam memaksimalkan aksi menekan masalah persoalan lingkungan dan untuk mencegah siklus kerentanan bencana.
“Saat ini kita sedang menghadapi tantangan lingkungan hidup yakni krisis iklim. Mulai dari fenomena pemanasan global yang mengkhawatirkan, sehingga bisa mengancam bumi menjadi tidak begitu sehat lagi,” ujar Hendri, baru-baru tadi.
Ia memaparkan, berbagai upaya yang juga dilakukan oleh pihaknya, antara lain dengan membuka Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk menurunkan risiko banjir. Menjaga kembali kawasan mangrove di pesisir Pulang Pisau, bekerja bersama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS-HL) serta pihak terkait lainnya.
Hendri Arroyo melanjutkan, dalam mengatasi dan meminimalkan dampak dari perubahan iklim tentunya perlu upaya yang harus dilakukan. Menurutnya salah satu metode pilihan adalah dengan penyerapan karbon, yaitu melakukan penanaman dan menjaga mangrove, sehingga sangat diperlukan upaya yang terintegrasi dengan baik.
Selain itu dirinya juga mengajak masyarakat Pulang Pisau untuk ikut berperan menjaga lingkungan. Seperti menanam pohon dan tanaman untuk penghijauan. Solusi tersebut adalah untuk membantu mengurangi efek pemanasan global, serta mencegah erosi tanah dan menjaga keseimbangan air.
“Masyarakat harus bisa membiasakan diri untuk mendaur ulang barang-barang bekas. Pilah sampah sebelum dibuang dan kurangi penggunaan plastik sekali pakai. Bahaya sampah plastik ini bisa mencemari dan merusak tanah dan air, karena sulit terurai,” pungkas Hendri Arroyo. (*/gus)