SAMPIT – Keterbatasan sarana pemadam kebakaran di wilayah pelosok kembali menjadi sorotan. Peristiwa kebakaran yang melanda Desa Tumbang Torung, Kecamatan Bukit Santuai, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) pada Jumat (30/5) lalu menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan di desa-desa terpencil.
Api yang berkobar sekitar pukul 15.00 WIB menghanguskan bangunan pasar lama yang sudah beralih fungsi menjadi rumah warga, serta satu unit pos kesehatan desa (polindes). Tidak ada korban jiwa, namun tiga kepala keluarga kini kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi ke rumah kerabat.
”Warga berusaha memadamkan api dengan alat seadanya, karena kami memang tidak punya peralatan pemadam. Jarak dari kecamatan dan kabupaten jauh, jadi sangat sulit kalau hanya mengandalkan bantuan dari luar,” ujar Kepala Desa Tumbang Torung, Sabandi.
Sabandi menuturkan, bangunan pasar yang terbakar dibangun pada 2008 namun tak pernah difungsikan sebagaimana mestinya. Seiring waktu, pasar itu disekat dan digunakan sebagai tempat tinggal oleh beberapa keluarga. Dugaan sementara, kebakaran dipicu korsleting pada lampu tenaga surya yang digunakan warga.
Karena keterbatasan akses dan alat, warga hanya bisa berupaya memblokir api agar tidak merembet ke rumah lainnya. “Untungnya api berhasil dipadamkan sebelum meluas, tapi bangunan pasar dan polindes tak bisa diselamatkan,” katanya.
Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga. Sabandi berharap pemerintah memberikan perhatian lebih untuk pengadaan alat pemadam kebakaran di desa-desa terpencil. Menurutnya, tanpa alat yang memadai, risiko bencana serupa akan selalu menghantui.
”Kalau saja kami punya alat pemadam, mungkin kerugiannya tidak sebesar ini. Kami benar-benar berharap ada bantuan,” tandasnya. (yn/ign)