PALANGKA RAYA – Pelayanan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus kembali dikeluhkan. Muhammad Kamsi (57), warga Jalan C Bangas V, menilai pelayanan medis sangat buruk. Dia menyebut anaknya, Nur Azar Muttakin (31), meninggal dunia karena lambat ditangani. Pelayanan juga dinilai setengah hati.
Warga Jalan C Bangas V, Muhammad Kamsi menuturkan, sebelum Muttakin menghembuskan nafas terakhir, dirinya sudah berupaya agar bisa mendapatkan pelayanan terbaik di Doris. Akan tetapi, dia justru kecewa dan harus menerima kenyataan anaknya meninggal dunia.
Menurut Kamsi, mada Minggu (20/9), Muttakin diperiksa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah karena menderita penyakit liver dan hepatitis. Kemudian, dia disarankan mendapat pelayanan lebih baik ke RSUD Doris Sylvanus. Di IGD RSUD Doris, Muttakin diperiksa dan diharuskan dokter opname. Kurang lebih dua jam menunggu, Muttakin kemudian dibawa ke ruang Dahlia.
Esoknya, lanjut Kamsi, anaknya kembali dialihkan ke ruang A dan dirawat selama sepuluh hari sampai Selasa (29/9). Muttakin hanya diberikan infus dan vitamin, cek darah, serta pemberian obat-obatan lainnya. Sempat direncanakan untuk menyedot cairan di paru-paru Muttakin.
Akan tetapi, penyedotan tersebut tidak kunjung dilaksanakan. Alasannya, dokter sedang sibuk melayani pasien lain dan dinas. Padahal, kondisi almarhum semakin lemah dan kritis. Sampai pada Rabu (30/9), Kamsi tidak mendapat kepastian mengenai tindakan medis terhadap anaknya.
Merasa dipermainkan, Kamsi pun mendatangi tenaga medis dan membuat pernyataan untuk membawa pulang Muttakin. Anaknya pun menghembuskan nafas terakhir dan telah dimakamkan.
”Pelayanan (RSUD) Doris (Sylvanus) sangat menyedihkan dan saya menduga ada mal praktik. (Anak saya) tidak ada diobati, cuma dikasih vitamin dan cek darah, tapi penanganan lanjutan (untuk menyelamatkan nyawa Muttakin) tidak ada,” katanya, Kamis (1/10).
Kamsi mengaku tak ingin berpolemik, namun dia tidak ingin kejadian seperti itu terus terulang karena buruknya pelayanan medis di rumah sakit tersebut. Dirinya pun sudah melapor ke Direktur Utama Rumah Sakit tersebut, tetapi ditanggapi dingin dan dengan alasan klasik.
”Saya sebenarnya tidak mau repot, cuma demi orang banyak, agar jangan dicuekinlah,” pungkasnya.
Dikonfirmasi terkait keluhan itu, Kabid Diklit SDM dan Humas Doris Slyvanus Palangka Raya Theodorus Sapta Atmadja membenarkan almarhum pasien yang sempat dirawat. Namun, dirinya belum bisa berkomentar lebih banyak. Dia juga membantah adanya dugaan malpraktik.
”Benar dia pasien dan sudah kami bicarakan, tetapi tidak ada dugaan malpraktik, sebab sudah dilakukan pelayanan medis sesuai prosedur,” pungkasnya. (daq/ign)