SAMPIT – Keresahan ratusan pedagang Pasar Mangkikit masih terus berlanjut, di tengah pross pembangunan gedung permanen pasar tersebut. Salah satu pasalnya yakni, mereka merasa kecewa dengan sikap acuh para wakil rakyat di DPRD Kotim, karena tidak merespon surat pengaduan pedagang setempat yang telah disampaikan berulang kali.
Salah satu isi pengaduan pedagang tersebut, mengeluhkan mahalnya tarif kios yang ditetapkan ketika pasar tersebut nanti berdiri, yakni mencapai Rp 15 juta per meter persegi.
”Kami akan berencana kembali datang ke DPRD, dan menagih janji mereka kepada kami. Sudah lama masalah ini tidak kunjungi ditanggapi. Begitu juga dengan Bupati Kotim, Selasa (25/4) atau Rabu (26/4) nanti, sebanyak 587 orang pedagang akan datangi rumah jabatan dan minta kejelasan,” ujar Ketua pedagang Pasar Mangkikit Ahmad Soleh, kepada Radar Sampit, Minggu (23/4) kemarin.
Dikatakannya pula, para pedagang tersebut nantinya akan berdebat dengan anggota DPRD mau pun bupati, mengenai kelanjutan nasib mereka. Dan lanjut Soleh, sebelumnya mereka akan mempersiapkan bahan debat, melalui rapat khusus sesama pedagang.
”Kami akan bahas bersama masalah ini, kami akan menanyakan kenapa wakil rakyat tidak mau menjawab permintaan kami. termasuk kenapa bupati diam. Padahal penetapan harga kios sebelumnya sudah disampaikan, bahkan ada suratnya,” tegas Soleh.
Dirinya juga mengatakan, pembangunan gedung Pasar Mangkikit belakangan ini sudah tidak lagi terlihat aktivitasnya, sehingga pihaknya meragukan apakah penyelesaian bangunan tersebut bisa tepat waktu, dan bisa dibuka sesuai target awal, yakni di bulan Juli 2017 nanti.
”Ada satu bulan sudah tidak ada aktivitas pembanguan lagi. Janji Disdagperin (Dinas Perdagangan dan Perindustrian) kemarin, akan secepatnya diselesaikan. Kalau begini tidak akan sesuai tepat waktu,” cetus Soleh.
Selain itu disinggungnya pula mengenai pembangunan kios tambahan Pasar eks Mentaya Theater. Dengan adanya penambahan tersebut, Soleh menilai pedagang Pasar Mangkikit kurang diperhatikan. Pasalnya, sedikit saja keluhan dari mantan PKL Taman Kota Sampit itu, secepatnya ditanggapi pemerintah.
”Sampai enam miliar itu dikeluarkan untuk pembangunan kios tambahan, sedangkan kami di sini tidak ada tanggapan sama sekali. Bagaimana ini? DPRD dan Pemkab Kotim maunya seperti apa agar mereka mau bertindak cepat,” imbuh Soleh.
Tak sampai disitu, Soleh juga mengancam mereka nantinya akan menduduki rumah jabatan bupati, sampai mendapat jawaban, apakah nasib mereka tetap diperjuangkan atau tidak. Mereka juga akan terus meminta kejelasan, kenapa harga kios naik begitu tinggi dari perjanjian awal.
”Intinya semua harus jelas, agar masalah ini tidak terus berulang. Begitu juga dengan DPRD Kotim, kami minta mereka harus bertindak sebagai mana mestinya sesuai dengan harapan masyarakat,” pungkasnya.
Terpisah, perwakilan PT Heral Eranio Jaya Santo Johanes sebagai pihak ketiga yang membangun gedung Pasar Mangkikit tersebut membantah tudingan, jika pembangunan pasar tersebut sempat dihentikan. Namun masih belum diketahui, apakah penyelesaiannya bisa sesuai target yakni pada bulan Juli nanti.
”Enggak tuh, coba cek di lapangan, bondex dan bata ringan sudah datang (ke lokasi pembangunan),” cetusnya, singkat. (mir/gus)