PALANGKA RAYA – Peringatan hari Sumpah Pemuda kemarin (28/10), digunakan sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE Muara Teweh untuk memprotes keras pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Mereka menilai pasangan pemimpin itu gagal menjalankan roda pemerintahan, serta tak bisa mengatasi bencana kabut asap.
Aksi yang berlangsung di Bundaran Besar Palangka Raya itu, dijaga ketat aparat kepolisian. Mahasiswa membentangkan tulisan ”Rakyat Menanti Janji-Janj Pasti Kampanye Jokowi –JK”. Para pendemo juga menyebut pasangan itu pemberi harapan palsu.
Dalam orasinya, mahasiswa tersebut meminta pemerintah serius menangani bencana kabut asap dan merealisasikan program Nawa Cita. Selain itu, Jokowi-JK dituntut menstabilitaskan perekonomian, nilai tukar rupiah, dan menekan penggangguran.
Presiden BEM STIE Muara Teweh Saleh Purwanto mengatakan, pemerintahan Jokowi-JK tidak menunjukkan perubahan selama satu tahun memerintah. Bahkan, dalam penanganan bencana kabut asap, keduanya dinilai gagal.
”Kami anggap gagal penanganan asap ini dan satu tahun Jokowi juga gagal. Dalam hal kebakaran, kejadian ini berulang dan bukan kebakaran yang sifatnya mendadak. Sebab, pemerintah tahu titik api di mana, namun kenapa bencana ini terjadi?” ujarnya.
Menurutnya, Jokowi-JK merupakan pemimpin yang memberikan harapan palsu karena program Nawa Cita yang digadang-gadang, tidak berdampak bagi rakyat. Terlebih masyarakat yang berada di pedalaman, yang saat ini menderita akibat kebakaran lahan. Kondisi itu diperparah dengan melonjaknya harga bahan kebutuhan pokok.
”Ini mencekik perekonomian rakyat. Sampai sejauh ini tidak ada kinerja signifikan yang bisa menyejahterakan rakyat sebagai mana janjinya. Sebab, harga sembako tidak bisa turun hanya dengan blusukan,” tuturnya.
Saleh mengutarakan, rakyat memerlukan kerja nyata dan konsep yang benar-benar dirasakan. Apabila hanya blusukan dengan membagi sembako untuk dua bulan, tetapi kesulitan ekonomi enam bulan, hal tersebut dinilai tidak masuk akal dan tidak memberikan solusi.
”Untuk asap, pemerintah sangat konyol saat patroli udara di tengah kabut. Sama artinya membuat orang bunuh diri. Semestinya jauh- jauh hari sudah melakukan pemantauan patroli. Kalau memang ada titik api, segera padamkan dan turunkan, jangan diam,” tegasnya. Saleh mengatakan, pemerintah harus memasang target bencana asap tak terulang lagi tahun depan. Hal itu karena sudah banyak korban berjatuhan. (daq/ign)