SALAH satu pasar modern yang jadi kebanggaan masyarakat di wilayah Selatan Kotawaringin Timur (Kotim) adalah H Umar Hasyim Samuda. Pasar itu terletak di pinggir Sungai Mentaya Ibu Kota Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS). Namun, kondisinya kini memprihatinkan.
ARIFIN, Samuda
Sejak dua tahun terakhir, belum ada upaya perawatan terhadap kondisi bangunan pasar itu. Cat di sekeliling bangunan pasar semestinya perlu pembaharuan karena sudah pudar dimakan usia. Pasar modern yang dibangun dengan anggaran miliaran rupiah tersebut terlihat kusam, bahkan terkesan kurang elok dipandang mata.
Udin, warga Kelurahan Basirih Hilir menyayangkan gedung pasar itu kurang perhatian, terutama dari pemkab melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar (Disperindagsar) Kotim. Padahal, gedung pasar itu dulunya megah, indah, dan nyaman, serta menambah pesona daya tarik pengunjung baik di Kecamatan MHS, bahkan kecamatan tetangga, seperti Pulau Hanaut, Teluk Sampit, dan Mentaya Hilir Utara.
”Sekarang kita lihat, gedung pasar itu seperti bangunan tua, terkesan kurang memikat hati konsumen untuk datang membeli keperluan rumah tangga,” ujarnya, Selasa (5/1).
Meskipun cat gedung pasar modern itu terlihat kusam, kata Udin, kebersihan pasar patut diacungkan jempol. Para pedagangnya cukup disiplin membuang sampah. Meski untuk membuang sampah sedikit kesulitan, terutama armada pengangkut yang belum tersedia di pasar tersebut.
Ditemui terpisah, Kepala Pasar H Umar Hasyim Samuda H Achmad Darham melalui Bendahara,H Gapuri mengatakan, pembaharuan cat untuk mempercantik kembali gedung pasar itu memang tak ada anggaran perawatan. Hal itu sudah berlangsung sejak beberapa tahun belakangan.
Sebagai pengurus pasar, sudah tentu pihaknya menginginkan pasar modern itu bukan hanya sebatas untuk transaksi jual-beli, namun bagaimana gedung pasar yang dibangun pada masa kepemimpinan Wahyudi K Anwar, bupati Kotim dua periode itu, bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen maupun pengunjung yang bertandang ke ibu kota Kecamatan MHS atau yang biasa disebut “Kota Walet” itu.
”Terhitung sejak tahun 2013 pasar ini tak pernah tersentuh perawatan, kami sendiri bingung, kenapa dana untuk perawatan pasar ini tidak dianggarkan. Padahal, sebelumnya secara rutin dua tahun sekali ada perbaikan, sehingga kondisi pasar tidak sekumuh ini,” ucapnya.
Gapuri juga mengakui hingga kini kondisi bangunan pasar itu terlihat kusam karena tidak dilakukan pengecatan. Bahkan, beberapa bagian gedung pasar rusak. Padahal, keindahan pasar merupakan hal yang penting, karena menjadi salah satu daya tarik dan kebanggaan, khususnya bagi masyarakat Samuda yang dikenal dengan masyarakat yang agamis.
Tak hanya itu, dana kebersihan pasar pun sudah sangat lama tidak dikucurkan, sehingga kepengurusan pasar terpaksa menyisihkan dana retribusi dari para pedagang untuk membiayai kebersihan pasar. ”Dana tersebut digunakan untuk menggaji 7 orang pegawai kebersihan dan 7 orang satpam,” katanya.
Menurutnya, kondisi pasar itu cukup memberatkan pengurusnya. Selain anggaran minim, juga menyebabkan gaji petugas kebersihan kecil. ”Seandainya kita mendapat bantuan dana kebersihan pasar, tentu kita bisa menaikkan gaji mereka. Saat ini mereka hanya digaji Rp 700 ribu per bulannya,” tegas Gapuri.
Melihat kondisi seperti itu, upaya yang dilakukan pengurus Pasar H Umar Hasyim Samuda juga maksimal. Pada saat rapat musrenbang tingkat desa/kelurahan maupun kecamatan, anggaran sudah diusulkan berulang kali. Namun, tak pernah terealisasi.
”Kami berharap perawatan gedung pasar modern ini bisa dianggarkan kembali agar kondisi pasar kembali menjadi indah dan terawat dengan baik seperti sebelumnya,” harap Gapuri dan diamini pengurus dan pedagang lainnya. (***/ign)