SAMPIT – Untuk mengantisipasi kekosongan stok darah saat Ramadan, Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kotawaringin Timur membuka layanan pada malam hari, tepatnya setelah umat muslim menjalankan ibadah salat tarawih. Pelayanan donor darah dibuka pukul 19.30 hingga 22.00 WIB.
Kepala UTD PMI Kotim dr Yuendrie Irawanto mengatakan, terjadi penurunan jumlah pendonor selama Ramadan. Meski buka layanan malam, namun pelayanan pagi hingga siang tetap berjalan seperti biasanya.
“Pelaksanaan pelayanan pada pagi hari tetap berjalan seperti biasa. Kami mohon para muslimin dan muslimat untuk dapat mendonorkan darahnya di UTD PMI Kotawaringin Timur,” katanya.
Lebih lanjut, Yuendrie menyampaikan persediaan darah di UTD Kotim per tangga 9 Mei 2019 pukul 08:03 WIB sebanyak 106 kantong. Rinciannya, golongan darah A ada sebanyak 22 kantong, golongan darah B sebanyak 37 kantong, golongan darah O sebanyak 32 kantong, dan golongan darah AB sebanyak 15 kantong.
Pada Ramadan umumnya terjadi penurunan permintaan, demikian juga jumlah pendonor. Oleh karena itu pihaknya saat ini sedang mencari pendonor dengan semua golongan yakni A, B, O, dan AB.
Pada Rabu (8/5) malam, terdata ada sebanyak 29 pendonor. Paling banyak pendonor dengan golongan darah O dan golongan darah A. Untuk usia pendonor paling muda berusia 20 tahun nama Fajri AL Akbar, sementara paling tua berusia 53 tahun dengan nama Hery Nuryanto.
Pihaknya berharap dengan adanya layanan tersebut (donor pada malam hari) tidak hanya melayani pasien yang memerlukan darah saja tetapi juga memuaskan para pendonor.
“Kadang ada yang mengatakan kalau kami tidak mendonor badan saya tidak enak, sehingga ini juga harus kita perhatikan, kita layani, untuk itu kami mengambil kebijakan bahwa malam hari kita buka setelah salat tarawih” ungkapnya.
Normalnya dalam sehari pihaknya melayani pendonor 20 – 25 orang. Meski berpuasa, hal tersebut tidak menjadi alasan untuk tidak melakukan donor darah.
Dikatakan Yuendrie secara agama donor darah tidak membatalkan puasa, karena tidak memasukan sesuatu tapi mengeluarkan darahnya.Selain itu kondisi pendonor yang juga berpuasa harus dalam kondisi sehat.
“HB nya bagus, tensinya bagus, sahurnya baik, kemudian detak jantungnya tidak cepat oke saja tidak apa-apa, kecuali kalau tadi malam dia tidak sahur, nadinya tentunya lebih cepat daripada normal, nah itu memang kita pertimbangkan untuk ditunda donornya,” jelasnya.
Yuendrie mengatakan yang datang tidak hanya pendonor rutin, namun ada juga yang baru pertama kali melakukan donor darah. Untuk usia 17 tahun secara kesehatan boleh, namun atas persetujuan orant tua.
“Yang tanda tangan orang tua, kemarin malam ada yang datang semangat sekali sampai bawa orang tua datang ke sini,” terangnya.
Irma Rahmayanti (25) salah satu pendonor yang hadir mendonorkan darahnya saat dihubungi Radar Sampit mengaku rutin tiga bulan sekali mendonorkan darahnya. Dia merasa setelah donor darah tubuhnya jauh lebih sehat. “Badan lebih fit, sebab akan menghasilkan sel darah yang baru, jadi terasa lebih sehat,” ujar wanita bergolongan darah AB ini.
Irma mengaku golongan darahnya yang langka membuat dirinya sering kali dihubungi PMI. Suaminya pun melakukan hal yang sama dengan dirinya, yakni rutin mendonorkan darah dari sebelum nikah.
Sementara itu Rifky Tyo Abdi (27) terakhir mendonorkan darah sekitar setahun yang lalu. Malam itu ia melakukan donor darah karena ajakan adiknya. “Karena sudah lama enggak donor awalnya seram, setelah donor biasa saja, enak dibadan” cetus pria yang bergolongan darah O ini. (yn/hgn/yit)