SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Senin, 01 Juli 2019 10:03
Pedagang Bingung Cari Tempat Mangkal, Kadis Mengaku Diteror
SEPI: Kawasan pertokoan di depan Ikon Jelawat sudah ditertibkan dari pedagang sehingga tampak lebih sepi saat sore hari.(PEDAGANG FOR RADAR SAMPIT)

SAMPIT- Sejumlah pedagang kaki lima di depan kawasan jelawat kini kebingungan. Pedagang yang biasa mangkal di kawasan Eks Minimarket Libna, tidak dibolehkan berjualan di tempat tersebut oleh dinas terkait.

”Semestinya ada solusi, dipindahkan kemana. Contoh seperti pedagang di Taman Kota beberapa waktu lalu, mereka dicarikan tempat sebagai wadah alternatif,” ucap Cici, Minggu (30/6).

Cici mengaku sudah lebih dari 10 tahun berjualan minuman di kawasan itu, tapi baru sekarang dilarang. Disesalkannya, dinas terkait tak ada solusi atas penertiban itu.

Hal senada juga dikeluhkan Junai, pedagang lainnya. Setelah beberapa hari ini para pedagang yang biasa berjualan di depan Eks Minimarket Libna tak dibolehkan sama sekali berjualan. Padahal sebagian besar pedagang hanya bertumpu dari mata pencaharian itu.

 ”Jangan semena-mena, kalau dilarang meskinya harus ada juga solusinya. Kami kan tidak berjualan di kawasan terlarang,” ungkapnya.

Untuk diketahui, pelarangan berjualan di depan Eks Libna ini merupakan imbas dari penertiban pedagang dan usaha lainnya di kawasan jelawat dan sekitar Dermaga Habaring Hurung Sampit.  Sementara itu pedagang di eks Libna merasa keberatan, karena  larangan atas instruksi bupati itu dinilai bukan untuk mereka, melainkan pedagang di kawasan Ikon Jelawat dan Dermaga Habaring Hurung.

Sementara itu, akibat dilarangnya pedagang di sekitar eks Libna juga dirasakan pengunjung ikon jelawat. Sejumlah pengunjung mengaku kurang tertarik lagi karena salah satu tujuan mereka ke kawasan jelawat adalah untuk membeli makanan.

 ”Disayangkan juga. Semestinya enggak usah dilarang sama sekali, tapi ditata saja agar lebih menarik. Sebab bagaimana pun juga para pedagang ini juga lah yang turut meramaikan kawasan wisata itu,” kata Hidayah, salah seorang pengujung tepian Sungai Mentaya.

Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Kotim Redy Setiawan mengaku mendapatkan teror dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang juga sekaligus sebagai keluarga pedagang yang terkena dampak dari pemindahan di area jelawat.

“Ini orang yang menteror karena tidak senang atas penertiban. Karena usaha yang baik belum tentu menyenangkan orang-orang tertentu,” ujar Redy Setiawan.

Sebagai aparat pemerintahan, dirinya tetap berpegang teguh menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Teror yang dialaminya sudah hal yang lumrah dan semua harus dihadapi.

“Saya pantang mundur kalau niatnya baik lambat laun orang-orang akan mengerti. Saya hibahkan jiwa raga untuk Bumi Habaring Hurung. Bagi saya teror sudah lumrah dan harus dihadapi dengan segala risiko untuk Kota Sampit yang kita cintai ,” pungkasnya. (oes/hgn/yit)

 

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers